Rabu, 04 Januari 2012

Mata Kuliah Tari Nusantara II (Jaipong Jawa Barat)


Salah satu matakuliah Tari Nusantara II, prodi. Sendratasik dalam final tesnya mereka harus mempertunjukkan kebolehannya dimuka umum. materi yang difinalkannya yaitu Tari Jaipong Daun Pulus Adu Manis. asli dari Jawa Barat.

Tari Nusantara II merupakan matakuliah berurutan dengan Tari Nusantara I yang diterima pada semester terdahulu. Materi tari Nusantara I, mereka mendapatkan materi tari dari Jawa Tengah Surakarta yaitu tari Gagahan dan tari Gambyong. 

Selain memiliki basic dan kemampuan dasar, mereka dilatih juga bagi yang belum yaitu Teknik Tari I, II, dan Ragam Tari I, II semua merupakan dasar menuju sebuah bentuk tari nantinya dimatakuliah selanjutnya.

Seorang penari maupun pendidik tari, tidak harus ahli dalam satu bidang seni tari daerah, namun bekal dan penguasaan memang harus kuat pada daerah atau lokal. Namun apresiasi untuk tari selain daerah harus menjadi tambahan atau acuan untuk tidak ketinggalan zaman dalam menghadapi era globalisasi sekarang ini.

Mempertahankan, melestarikan, dan mencintai budaya lokal juga budaya bangsa semua, itu menjadi pegangan kita sebagai pendidik seni. jangan hanya mempertahankan saja tanpa melestarikan atau mengajarkan pada generasi atau orang lain. maka akan musnah n hilang juga tari itu sendiri.



Pengorbanan seorang Penari Radap Rahayu



Pengorbanan seorang penari dalam memberikan kasih sayangnya dalam sebuah pekerjaannya menjadi seorang penari. Besarnya pengorbanan seorang ibu yang tinggi, dan dimanapun beliau serta sedang apapun beliau selalu ada waktu untuk buah hatinya.

Demi melestarikan budaya Banjar tari klasik Radap Rahayu, penari Radap yang profesional menunjukkan kepeduliannya dalam budaya daerah atau lokal serta tiada kata "capek" keluar dimulutnya. sungguh membanggakan dan perlu dicontoh, tapi untuk masa sekarang apakah ada seorang penari seperti itu.

Senyum dan kecantikan selalu diperlihatkan pada penonton yang melihatnya, tapi kesibukan dan masalahnya tiada diperlihatkan. Itulah penari yang bisa membagi waktu mana, sebagai seorang ibu dan mana, sebagai seorang penari Radap Rahayu.

Cobalah sekarang kita bisa berbenah diri dari dalam kecintaannya untuk budaya daerah. Karena siapa lagi yang peduli dan mau melestarikan kalau bukan kita yang berada disini (Kalimantan Selatan). Semoga dengan bertambahnya kecintaan kita dan kepedulian kita akan budaya lokal maka, tetap lestari budaya kita.

Senin, 26 Desember 2011

Pelatihan di Jakarta 23-24 Desember 2011

Kegitan Pelatihan sebelum ke BATAN selama dua hari yaitu hari selasa dan rabo, trus hari jumatnya berangkat ke Jakarta di PLTN BATAN Serpong. memang kita selama berada disana sangat banyak mengetahui akan manfaat yang dihasilkan oleh benda yang bernama URANIUM yang dikelola dan kita berada di gedung Radiator terbesar di Dunia. Kegunaan dari PLTN untuk bidang pertanian, kesehatan, perikanan, dan beberapa sektor sangat baik, tapi masyarakat banyak belum mempergunakan dengan maksimal. Seandainya masyarakat luas tahu ataupun pemerintah mengetahui bagaimana dampak positif yang dihasilkan PLTN, semua akan hidup sejahtera tanpa kita mengekspor banyak barang dan hasil tanaman. trimakasih sebesar-besarnya kepada Lembaga Penelititan Universitas Lambung Mangkurat (UNLAM) atas keikutsetaan saya terlibat didalamnya.
Ini tempat bermalam dalam pelatihan selama dua hari di Serpong, merasakan berkumpul dengan orang-orang pinter se Indonesia ya. moga kegiatan dan kenangan dapat terulang lagi di tahun-tahun berikutnya.


Kalimantan Scientiae Vol.April 2010 Lembaga Penelitian Unlam

PERUBAHAN TARI RADAP RAHAYU SEBAGAI SARANA RITUAL MENJADI SARANA PERTUNJUKAN HIBURAN DI BANJARMASIN
KALIMANTAN SELATAN


Edlin Yanuar  Nugraheni, S.Sn., M.Sn
Tenaga Pengajar Program Studi Sendratasik UNLAM


Abstract
                Changes in the form of dance performance as a means Radap Rahayu Tapung Tawar ceremony in the context of a form of dance entertainment. Changes in shape, can be seen on the element of movement, music, fashion and make-up.
            Radap Rahayu dance forms as a means of Fresh Tapung Tawar ceremony amounted to 11 range of motion, the opening song were sung prior to compulsory dance show Radap Rahayu. musik player five people. Floor pattern in front of dancers who Tapung Tawar offered. Radap Rahayu dance forms as a means of song, the amount depending on the creativity of music players, and adjusted to the demand pattern of the floor.
            The alteration of fungsion, form and is caused by internal and external factors. The internal factors made by the artist (Banjar tribal socienties), while external factors are changes that are influenced by the Islamic religion, technology, and government (Taman Budaya).
  The series contained in the range of motion of dancers-dance variety in it like Limbai kisar, duduk dungkul persembahan, lontang, kangkung limbai, tarbang, lagurih, and tapung tali. Rhythm solemn, majestic, and resigned causing aesthetic taste of a dancer, a sense of motion of a dancer, and floor patterns.
             Kite Clothing and tapih motive Banjar, Banjar is an ethnic peculiarity which is retained by the people of Banjar in dance costumes Radap Rahayu. Banjar typical music as a dance accompanist Radap Rahayu, including; baboons, panting, flute, Gong, Rebana, and added a violin as the sound reinforcement hoops.

Key words: Dance Radap Rahayu, changes, Banjarmasin.


Pendahuluan
            Tari Radap Rahayu, tumbuh dan berkembang dalam kebudayaan suku Banjar yang hidup di Banjarmasin Kalimantan Selatan. Tari Radap Rahayu adalah tari ritual di Banjarmasin. Radap Rahayu diambil dari arti beradap adap yang artinya bersama sama, secara berkelompok atau lebih dari satu. Rahayu adalah galuh wan bungas ( Idehem,dkk. 2005 : 245) yang cantik. Sehingga Radap Rahayu adalah wanita atau galuh yang cantik berkelompok atau bersama-sama. Dengan demikian, bagi masyarakat setempat Radap Rahayu di Banjarmasin dimaknai sebagai bidadari yang turun ke bumi secara berkelompok, hendak menolong siapapun yang minta pertolongan. Saat ini tari tersebut telah mengalami perubahan fungsi ritual menjadi fungsi hiburan. Perubahan ini tentu saja adalah kenyataan yang menarik untuk diamati. Alasannya adalah, perubahan dalam cara memfungsikan produk budaya dapat menjadi cermin perubahan budaya. Jika fungsi tari Radap Rahayu berubah, artinya ada perubahan dalam kompleksitas kebudayaan Banjarmasin. Perubahan kebudayaan ini tentu saja didorong oleh kondisi masyarakat Banjarmasin yang berubah pula. Dengan demikian, mengamati perubahan yang terjadi pada tari Radap Rahayu, secara tidak langsung berusaha membaca jaringan pola pikir pada masyarakat pengikutnya. Pada konteks ini Radap Rahayu adalah “kode” dalam membaca dinamika kebudayaan masyarakat yang bersangkutan. Tidak jauh berbeda dengan daerah lain, selain tari Radap Rahayu, Kota Banjarmasin juga memiliki kesenian tradisional yang beragam, mempunyai corak, dan bentuk berbagai variatif. Kesenian ini hingga kini masih mampu bertahan. Kesenian merupakan kekayaan budaya bangsa Indonesia yang tumbuh dari masyarakat, dan hidup serta dikembangkan oleh masyarakat tempat kesenian itu berada. Kesenian sebagai kekayaan budaya bangsa yang tidak ternilai harganya perlu dilestarikan, dan dikembangkan.
            Perubahan adalah realitas yang bisa selalu terjadi dalam setiap kebudayaan suatu masyarakat. Asumsi dasar dari perspektif perubahan masyarakat bahwa, sebuah hal dapat dianggap berubah jika muncul sebuah wujud baru dari wujud yang lama  (Sairin Sjafri, 2002 : 47). Wujud baru tersebut meskipun memiliki beberapa unsur dari yang lama, namun berbeda dari yang lama. Dalam hal ini, konsep perubahan harus dibedakan dengan konsep perkembangan. Di dalam konsep perubahan, wujud baru harus dipahami sebagai pengganti wujud yang lama.
            Dengan demikian, keberadaan wujud yang lama sudah tidak ditemukan lagi, karena sudah ada yang baru. Sementara, di dalam konsep perkembangan, wujud yang baru berdampingan dengan wujud yang lama, yang masih tetap ada. Artinya, satu wujud meneruskan yang lama, sementara satu wujud yang lain memiliki wajah yang baru. Dengan demikian, pada dasarnya perubahan dan perkembangan hampir serupa ditinjau dari esensinya, yaitu adanya gerak atau dinamika yang menghasilkan wujud baru.
Metode Penelitian
Substansi penelitian mencangkup permasalahan faktor-faktor terjadinya perubahan fungsi tari Radap Rahayu sebagai upacara tapung tawar (tolak Bala) menjadi seni pertunjukan dan aspek yang membedakan antara tari Radap Rahayu sebagai kegiatan upacara tapung tawar dengan tari Radap Rahayu sebagai seni pertunjukan. Salah satu metode yang harus digunakan adalah mencari data masa lampau yang berupa foto-foto digunakan sebagai rujukan perbandingan. Data masa lampau dapat dilacak melalui penelitian lapangan dan penelitian perpustakaan.
Permasalahan yang menjadi perhatian peneliti, yaitu mengenai faktor-faktor perubahan dan aspek yang membedakan antara tari Radap Rahayu sebagai sarana upacara dan tari Radap Rahayu sebagai sarana hiburan/pertunjukan, maka data penelitian ini didapat melalui studi lapangan dari nara sumber yang mengetahui tentang seluk beluk tari Radap Rahayu maupun sebagai seniman tari, yakni A.A Rusman seorang penari tari Klasik Banjar, ulama,  budayawan setempat yaitu Sariffudin seorang motifator dan penggagas rekontruksi tari Radap Rahayu, tokoh masyarakat yang dapat memberikan informasi tentang tari tersebut, serta pejabat pemerintah yang berkaitan dengan urusan kesenian di daerah Kota Banjarmasin. Selain melalui observasi, data akan dapat diperoleh melalui wawancara, yaitu wawancara terarah, dan wawancara tidak terarah (Sedyawati, 1984 : 119). Selanjutnya untuk mengetahui pokok persoalannya penulis akan melakukan wawancara mendalam. Metode wawancara adalah mencangkup cara yang dipergunakan untuk tujuan atau tugas tertentu guna mendapatkan informasi dari informan dengan bercakap-cakap dan berhadapan muka dengan orang tersebut (Koentjaraningrat, 1997 : 139). Makna konsep tersebut adalah wawancara yang difokuskan dalam penggalian data yang relefan dengan obyek yang diteliti.
Studi perpustakaan akan dilakukan dalam upaya mencari sumber-sumber tertulis didapat dari Arsip daerah Kalimantan Selatan, buku-buku yang terkait dengan obyek peneliti, internet di web-side kesenian daerah Kalimantan Selatan, makalah-makalah terutama yang berhubungan dengan permasalahan.
Lokasi
Kota Banjarmasin adalah ibukota Propinsi Kalimantan Selatan. Didalam Kota Banjarmasin, yang tepatnya dengan sebutan seribu sungai merupakan lalulintas dagang bagi para pendatang baik dari hilir maupun hulu. Di Kota Banjarmasin masih terdapat orang Banjar asli dan campuran.
Tari Radap Rahayu merupakan salah satu bentuk tari yang memiliki makna tolak bala dan bersifat ritual bagi masyarakat Banjarmasin. Radap yang berarti bersama, Rahayu yang berarti kebahagiaan, kemakmuran, kesenangan, oleh karena dalam menari untuk mencapai kebahagiaan atau tujuan dengan ditarikan dalam kebersamaan atau jumlah penari lebih dari satu (wawancara, A.A. Rustam, 28 Oktober 2008).  Tari Radap Rahayu merupakan salah satu jenis tari tapung tawar yang dilakukan pada upacara-upacara tolak bala, seperti pada kehamilan, perkawinan, dan kematian. Tari Radap Rahayu ini keberadaannya sangat dikenal bukan hanya di Banjarmasin namun seluruh Kalimantan Selatan.
 Munculnya tari Radap Rahayu pada tahun 1928 yang digali oleh Ki Amir Hasan Bondan di Banjarmasin (wawancara, A.A Rustam).  Munculnya tari Radap Rahayu yang tergolong sebagai tari Klasik yang pada sisi lain masih menunjukkan keritualannya diantara sebagian bentuk pertunjukannya dipakai untuk tujuan tertentu. Hal tersebut tidak dapat dilepaskan dari ikatan budaya masa lalu yang menempatkan dan memfungsikan tari Radap Rahayu tersebut dalam upacara tolak bala oleh masyarakat setempat.
Tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan mengkaji tentang tari Radap Rahayu di Banjarmasin dengan mendiskripsikan tari Radap Rahayu sekarang. Gambaran tentang tari Radap Rahayu dapat dipahami melalui bentuk pertunjukan tari Radap Rahayu sebagai tapung tawar dan tari Radap Rahayu didalam cerita/maknanya, selain itu juga ingin mengetahui implikasi tari Radap Rahayu sebagai tari Tapung tawar terhadap masyarakat Banjarmasin. Dari hasil penelitian dapat dilihat manfaat secara teoritis dan praktis. Secara teoritis, penelitian ini dapat menunjukkan bahwa tari Radap Rahayu dapat dipentaskan di acara apa saja, kapan saja, dimana saja dan kostum serta propertinya bisa berbeda. Diharapkan penelitian ini akan menambah khasanah teoritis seni tari lokal secara praktis khususnya (1) bagi peneliti dan pemerhati penelitian ini dapat memberikan informasi ilmiah yang dapat dipakai sebagai pijakan untuk melakukan studi lanjutan yang lebih mendalam khususnya tentang tari Radap Rahayu sebagai tari tapung tawar, (2) bagi para penentu kebijakan, penelitian ini dapat memberikan sumbang saran mengenai kebijakan-kebijakan yang lebih memperhatikan aspek seni tari terutama tari Radap Rahayu, khususnya yang berkaitan langsung dengan kesenian tari Klasik Banjar.
Hasil dan Pembahasan
Dasar Perubahan
Seni Pertunjukan tradisional di Indonesia berangkat dari kondisi tempat ia tumbuh dalam lingkungan-lingkungan etnik yang berbeda satu sama lain. Keberlangsungan dari suatu kesenian akan ditentukan oleh lingkungan-lingkungan etnik seperti dalam tata-cara (adat) yang merupakan hasil kesepakatan bersama secara turun temurun berkenaan dengan perilaku. (Sedyawati, 1981 : 52).
Kesenian merupakan hasil kreativitas budaya yang hidup dan berkembang di lingkungan masyarakat, kesenian tradisional tumbuh sebagai bagian dari lingkungan kebudayaan masyarakat. Ia lahir sebagai refleksi pandangan hidup, tata-masyarakat, dan agama atau kepercayaan yang lebur menjadi satu totalitas. (Umar Kayam, 1981 : 60-61)
Standar nilai dari seni sebagian besar ditentukan oleh tradisi budaya setempat. Setiap masyarakat memiliki standar budaya melalui perwujudan produk seninya. Standar itu baik yang jelas maupun yang samar-samar dapat dikatakan sebagai estetika (rasa keindahan) masyarakat tersebut.
Bagi pendatang, untuk dapatnya mengetahui dasar estetika seni pada masyarakat tertentu, ia harus mendapatkan atau memiliki kesadaran akan esensi estetika dari seni tersebut. Pendatang tidak akan pernah dapat menghayati obyek seni seperti sang penciptanya atau seperti yang dihayati oleh anggota masyarakat dari obyek itu diciptakan (Sachari Safri, 1989 : 2).
Berbagai teori seni dan keindahan banyak ditulis orang yang pada dasarnya berisikan sama, dan dari subyek atau penciptanya yang berkaitan dengan proses kreatif dan filosofinya (Soedarsono, 1990 : 36). Sebagai contoh keindahan menurut Imanuel Kant. Kant menuliskan bahwa keindahan dalam arti subyektif adalah yang memberi kesenangan tanpa pamrih dan kegunaan praktis bagi penikmatnya. Dalam arti obyektif adalah yang sesuai dengan tujuan tanpa adanya konsep-konsep tertentu  (Sutrisno, 1993 : 47). Selain itu Kant juga menekankan akan pentingnya penilaian dalam pembicaraan tentang keindahan. Sejalan dengan itu, Soedarsono menjelaskan bahwa dalam estetika, tidak hanya diselidiki hasil dari produk-produk seni, akan tetapi meliputi proses dan kemampuan- kemampuan yang terkait dalam penciptaan, penggunaan, penikmatan, penghayatan, serta penilaian (Soedarsono, 1977 : 22).
Bentuk Gerak dan Sikap
Seperti halnya pada tarian keraton/kerajaan lainya, ciri gerakan tari Radap Rahayu adalah gerak-gerak tari kerajaan Banjar. Perwujudan gerak tarinya sangat berkaitan dengan kegiatan atau peristiwa berdasar konteksnya. Vokabuler gerak dibuat untuk memberikan aksen dari peristiwa adat yang khas dari suku ‘Banjar ‘ atau Pesisir yang menyebut dirinya sebagai turunan orang  Banjar asli. Penghayatan tarian semacam ini tentunya terbatas pada wilayah adat yang mendasarinya.
Berdasar wujudnya, apabila diamati bentuk-bentuk gerak tari Radap Rahayu tidak berbeda jauh dengan bentuk gerak tarian Banjar pada umumnya. Hanya gaya penyajian geraknya yang kental memberikan ciri khas etnis kerajaan Banjar yang sesuai dengan irama hidup masyarakat Banjar. Kerajaan Banjar secara holistik mendapat pengaruh dari kerajaan Mataram Jawa, Bugis, dan Melayu, sehingga tarian masyarakat Banjar di setiap daerah terlihat akulturasinya dari bentuk gerak dan irama Jawa dan Melayu. (Idehem,dkk. 1978 : 203). Dalam sejarah, tahun 1928 muncul tari Radap Rahayu diciptakan oleh Pangeran Hidayatullah (Pangeran Hidayat), seorang Bangsawan Banjar. Kemudian digubah lagi oleh Seniman Banjar yaitu Kyai Amir Hasan Bondan, dan sampai sekarang masih dilestarikan oleh masyarakat Banjar.
Kemiripan tatanan tari antara daerah satu dengan lainnya tidak terlepas dari latar belakang sejarah keberadaannya. Tari secara keseluruhan ditandai oleh ciri umum yang sama, seperti yang dikemukakan oleh Edi Sedyawati :
sikap dada yang tegap, langkah-langkah yang tenang terukur, gerak-gerak lengan dengan variasi arah yang luas tetapi dengan posisi stabil pada siku, gerak yang serba halus tertahan, gerak-gerak leher yang terolah dalam berbagai variasi, penggunaan selendang untuk memperluas kemungkinan bentuk, serta tarikan wajah yang tidak “dimainkan” tanda dari tarian (Sedyawati, 1981 : 3).
Tari Radap Rahayu ditarikan oleh remaja putri, jumlah penari yang biasanya terdiri dari tiga orang, namun kadang ditarikan lebih dari tiga. Dalam tari Radap Rahayu para penarinya menggunakan baju Layang yaitu bagian bahu terbelah. Dimana untuk Kostum tari Radap Rahayu merupakan kostum dari para remaja putri kerajaan Banjar. Properti dalam  tari Radap Rahayu yaitu sebuah cupu kecil (bokor : bahasa Jawa) yang berisi bunga mawar merah dan putih yang nantinya ditaburkan sebagai simbol menghilangkan hal-hal yang tidak baik dalam diri orang disekitarnya atau yang melihat tari Radap Rahayu tersebut. Sajian tari Radap Rahayu diawali sembahan dan diakhiri oleh sembahan.
Sebuah tarian tentunya tidak terlepas dari ragam-ragam gerak yang ada pada tarian tersebut. Nama-nama ragam tari dalam Radap Rahayu diantaranya : Limbai Kisar ,Duduk dungkul persembahan, Lontang, Lontang setengah, Kangkung limbai, Tarbang, Lagurih ,Tapung tali
Didalam pertunjukan tari Radap Rahayu, dimainkan beberapa alat musik. Diantara :
1.      Terbang/rebana                              2 buah
2.      Biola                                              1 buah
3.      Seruling                                         1 buah
4.      Panting                                          2 buah
5.      Gong                                             1 buah
6.      Babun                                            1 buah

Syair lagu tari Radap Rahayu
Dangar-dangar kami bahiau, Dangar-dangar kami manyaru,
Ikam turun dikukus manyan, Ikam turun di kukus dupa.
                                    Dangar-dangar kami bahiau, Dangar-dangar kami manyaru,
                                    Ikam turun jangan saurangan, Bawa-I kawan nang sarasi.
Kami mainjam tangan nang dinginan, Mamapai pusaka nang badatu,
Ikam turun jangan saurangan, Bawa-I kawan nang sarasi.
                                    Tampurung dibawah batu, Ikam turun baranak bacucu,
Sampailah baminantu, Rukui rahayu didalam nagari,

                                                (Hermanto, 12 Maret 2010)

Nilai Estetis  
Dari paparan tentang seni dan keindahan, umumnya dapat dikatakan bahwa (tari) adalah sesuatu yang dapat memberi kepuasan batin. Semua gerak tari yang memberikan kepuasan batin disebut indah. Gerak-gerak yang halus (lembut), keras, kasar, kuat, gerakan yang penuh dengan tekanan-tekanan, ataupun pada gerakan yang aneh sekalipun dapat merupakan gerak yang indah ( Soedarsono, 1977 : 16).
Dalam bentuk sajian tari Radap Rahayu terdapat berbagai bentuk sikap dan gerak yang dimulai dari bagian kaki, torso (tubuh), kaki, hingga tangan. Umumnya frase-frase geraknya cenderung bersifat representasional. Sedangkan pola-pola gerak didorong pada pola gerak  tarian Pesisiran yang umumnya dapat dicermati dalam setiap tari di Banjarmasin.
Apa yang sebenarnya dipelajarkan oleh setiap tari di Kalimantan Selatan yang dicermati khususnya pada Pesisiran. Terlihat iramanya pelan, mengalun. Alat musiknya : babun, rebana, seruling, gong, panting, biola. Juga terlihat saat  awalan dan akhir yang bergerak cepat dengan mengibas-ibaskan sampur. Pada bagian lain terdapat tarian menabur bunga dengan gerakan tangan kanan memegang cupu kecil dan tangan kiri mengambil bunga dan menabur- nabur dengan memutar- mutar. Dalam perwujudannya, seruling dan panting dipakai sebagai permainan melodi. Babun dan gong sebagai instrument pemberi irama, rebana sebagai pemercepat irama atau instrument pembangkit. Biola sebagai penguat melodi dari panting agar lebih jelas atau keras.
Komposisi gerak pada tari Radap Rahayu, sangat variatif. Dari memanjang, bentuk  V, melingkar, diagonal, dan sebagainya. Komposisi pertama dalam bentuk gerak masuk adalah berlari kecil-kecil melingkar dan tangan bergerak seperti menabur-nabur sesuatu dengan menggunakan selendang. Mengawalinya tari Radap Rahayu gerak sembahan dengan bentuk gerak-gerak lainya, pada posisi duduk timpu setelah meletakkan cupu didepan lutut. Komposisi gerak ditengah dengan menaburkan bunga, dan diakhiri dengan sembahan juga lalu gerakan sama lari kecil-kecil dengan melambai-lambaikan selendang lalu keluar.
Dimana letak nilai estetika tari Radap Rahayu ?  dalam hal ini tentunya pada perangkaian bentuk ragam gerak, irama gerak penari, dan rasa tarian. Yang kesemuannya terintegrasi pada struktur penyajiannya serta pada elemen-elemen lain seperti rias dan busana. Dengan demikian, untuk menilai keindahan tari Radap Rahayu bukanlah dari bagian perbagian, akan tetapi menilainya harus secara holistik (keseluruhan). Seperti halnya Jakob Sumardjo (2006) berpendapat bahwa nilai sebuah estetika seni adalah nilai estetika yang dialami, baik estetika yang berada didalamnya (intrinsik) maupun nilai estetika yang berada di luar (ekstrinsiknya). Sehingga dalam memandang sebuah tari Radap Rahayu secara menyeluruh melihatnya, rasa dari penari itu sendiri yang lebih utama.
Kostum atau busana yang dikenakan oleh penari, apabila dicermati, menunjukkan berbagai macam informasi tekstual dan kontektual. Pada satu sisi, penggunaan busana penari mempertimbangkan keindahan visual yang berhubungan dengan ekspresi gerak penari, desain keruangan, dan efek penikmatan bagi penonton. Busana tari, selain untuk penutup tubuh penari, berfungsi untuk menguatkan espresi gerak penari dan desain keruangan yang dibentuk melalui elemen-elemen garis, warna, kualitas, tektur, dan dekorasi. Kostum yang baik harus menunjang dan disesuaikan dengan frekuensi dan jangkauan keindahan ekspresi gerak penari.
Busana tari yang baik bukan sekedar berguna sebagai penutup tubuh penari, tetapi merupakan pendukung desain keruangan yang melekat pada tubuh penari dan menopang gerakan penari. Busana tari mendukung penciptaan citra-citra ruang tari yang dibentuk melalui elemen-elemen garis, warna, kualitas, tekstur, dan dekorasi. Busana tari pun perlu mempertimbangkan keindahan visual yang dapat dinikmati oleh penonton yang melihatnya, pada prinsipnya kostum harus enak dipakai dan sedap dilihat oleh penonton.
Busana Radap Rahayu, sebagai sebuah seni tradisi, tidak luput dari penandaan sebuah lokus budaya di wilayah mana tari ini tumbuh dan berkembang. Busana Radap Rahayu tidak bisa dipisahkan dengan kebudayaan Suku Banjar-Jawa-Melayu yang tumbuh dan berkembang di Banjarmasin. Dengan Busana baju layang ( Baju layang adalah bentuk baju atasan  yang memiliki lengan panjang dengan terbelah sepertiganya yang diberi ornamentasi /corak burung) dan tapih bahalai (jarit = Jawa)  : kain yang berukuran panjang 3meter, dan berhiaskan manik-manik motif Khas Banjar.
Banjar dibawahnya, serta selendang dikalungkan dileher. Pada sisi lain, busana tari dapat menampilkan ciri-ciri khas suatu bangsa atau daerah tertentu. Busana baju layang yang mendominasi ke Melayuan dalam busananya. Di dalam tari tradisi, busana tari sering berupa pakaian adat atau pakaian khas daerah yang kemudian ikut menentukan pencitraan ciri khas tari tradisi dari daerah tersebut. Tetapi di Banjarmasin busana atau kostum tari khususnya Radap Rahayu terjadi akumulasi antara budaya Melayu, budaya Jawa dengan suku Banjar itu sendiri, sehingga mencirikan busana tari sebagai sebuah identitas suku Banjar.
Fungsi tatarias sebenarnya bukan sekedar “pembungkus” tubuh penari atau sekedar alat untuk mempercantik wajah. Tata rias memiliki fungsi lain untuk membuat atau mengekspresikan sebuah karakter dan memberikan identitas budaya bagi tarian yang bersangkutan, memperlihatkan dari lingkungan budaya dimana tarian tersebut berasal. Pencahayaan dalam tari Radap Rahayu tidak menekankan pada pencahayaan yang khusus, namun apabila Radap Rahayu dipentaskan di panggung misalnya disaat festival tari daerah biasanya memakai pencahayaan yang sedikit redup atau tata cahayanya tidak begitu terang, untuk menjadikan pertunjukan Radap Rahayu lebih mendapatkan rasanya. Dalam Radap Rahayu, mempergunakan properti sebuah Cupu (=bokor : Jawa) kuning, yang didalamnya berisi bunga mawar (warna merah, putih, dan kuning) untuk ditaburkan, hal ini dapat dianalisa dengan adanya gerak tabur bunga di dalam struktur penyajian ragam geraknya. Sehingga Fungsi tari Radap Rahayu memiliki ciri khas yang selalu beradaptasi terhadap lingkungannya. 
“ Rasa “  Tarian
Berdasarkan konsep tari India, tari dapat dikatakan indah apabila memenuhi tiga sifat yakni : rasa, bhawa, dan vyanjana. Rasa adalah sumber keindahan. Rasa merupakan stimulus untuk menimbulkan perasaan yang mendalam sehingga dapat memunculkan bhawa (greget). Sedangkan vyanjana merupakan perasaan hati, daya sugesti, atau tekat yang tinggi untuk tumbuh menjadi hava atau rasa cinta yang kuat (Widyastutieningrum, 1994 : 124).
Pada tari Jawa, diketahui terdapat konsep rasa (perasaan jiwa) yaitu Joget Mataram (Yogyakarta), Hasta Sawandha (Surakarta), tiga ron (Bali), dan Sebagainya. Rasa ini merupakan kedalaman tari dari seorang penari, atau disebut dengan konsepsi kedalaman tari.
Pada tarian Pesisiran Banjarmasin umumnya proses penciptaan tari di Banjarmasin dilandasi pada peniruan-peniruan alam, atau pada fenomena kehidupan kehidupan kerajaan Banjar. Tari Radap Rahayu diangkat dari cerita legenda. Konon ketika Kapal Prabu Yaksa yang ditumpangi Patih Lambung Mangkurat pulang lawatan dari Kerajaan Majapahit, ketika sampai di Muara Mantuil dan akan memasuki Sungai Barito, kapal Prabu Yaksa kandas. Melihat ini, Patih Lambung Mangkurat lalu memuja “ Bantan” yakni meminta pertolongan pada Yang Maha kuasa agar kapal dapat diselamatkan. Lalu dari angkasa turunlah tujuh bidadari ke atas kapal dan mengadakan upacara beradap-radap. Akhirnya kapal tersebut kembali normal dan tujuh bidadari tersebut kembali ke Kayangan. Kapal melanjutkan pulang ke Kerajaan Dwipa. (wawancara, Rustam A.A, 12 Januari 2008).
Dari cerita ini lahirlah Tari “ Radap Rahayu “ (anonim). Tarian ini sangat terkenal di Kerajaan Banjar berfungsi setiap acara penobatan raja dipertunjukan serta sebagai tarian penyambut tamu kerajaan, sebagai kehormatan di Banjar, upacara perkawinan, dan upacara memalas Banua sebagai Tapung Tawar untuk keselamatan. Tarian termasuk jenis tari klasik yang bersifat sakral. Gambaran gerak secara umum personifikasi dari para bidadari dari kayangan turun ke bumi untuk memberikan doa restu serta keselamatan. Syair tari Radap Rahayu diselingi dengan sebuah nyanyian yang isi syairnya mengajak untuk berdoa bersama, ketika ragam gerak “Tapung Tawar”.  Sehingga tari yang tercipta termasuk kategori tarian tradisional Klasik.
Menurut Rustam A.A, penjiwaan tari yaitu dalam mimik, antara lain seperti ; senyum, pasrah dan tenang. Lebih lanjut dikatakan bahwa penjiwaan tari Radap Rahayu dilakukan dengan wajah senyum dan tenang. Dengan demikian kedalaman tarian Radap Rahayu terletak pada rasa penari itu sendiri. Penari harus sekaligus menjadi aktor, seorang ahli yang sadar akan perannya. Ia harus menciptakan bayangan-bayangan tariannya sendiri. Rasa yang diwujudkan secara universal agar penonton memiliki rasa batin yang sama. Dengan begitu barulah tariannya dapat menjadi penghubung batin antara manusia dengan manusia. Kenyataanya, secara sugestif dengan melalui permainan mimik, penari Radap Rahayu dapat menciptakan apa yang disebut dengan “rasa tari”.
Dari hasil penelitian
Dahulu tapung tawar tari Radap Rahayu di Banjarmasin merupakan tari sakral berupa tarian sebagai media doa keselamatan untuk dikabulkan bagi komunitas masyarakat. Tarian ini disertai dengan pujian-pujian yang ditujukan pada Raja Bantan yang dianggap sebagai Yang Maha Kuasa. Minyak likat baboreh pun disediakan untuk tari sakral ini, sehingga membuat makna ritualnya menjadi amat sangat kuat. Tetapi sekarang makna tari Radap Rahayu oleh sebagian masyarakat Banjarmasin yang terdiri dari penduduk baru bukan asli Banjarmasin, hanyalah sebagai simbol saja dari pementasan tari Radap Rahayu, sebagai upaya pelestarian tradisi warisan kerajaan Banjar.
            Penduduk Banjarmasin yang sekarang ini sudah banyak yang pendatang dari luar kota. Penduduk pendatang ini tidak semua tahu tentang tari Radap Rahayu, namun tentang upacara tapung tawar hampir semua tahu di Banjarmasin dari cerita mulut ke mulut penduduk asli Kota Banjarmasin atau yang tinggal lebih dulu di Kota Banjarmasin. Oleh karena para pendatang tersebut sudah tinggal dan menjadi penduduk tetap Kota Banjarmasin, maka mau tidak mau loyalitas mereka terhadap lingkungan tempat tinggalnya muncul, sehingga mereka juga merasa memiliki tari Radap Rahayu tersebut dan juga harus tetap melestarikan tari tapung tawar yang sudah ada yaitu tari Radap Rahayu.
            Cara mereka (Peduduk pendatang di Kota Banjarmasin) dalam mengekspresikan loyalitas mereka adalah dengan berpartisipasi (ikut mempelajari) dan menyelenggarakan acara atau kegiatan dengan menyertakan tari Radap Rahayu dalam batapung tawar. Dengan dipentaskan tari Radap Rahayu disetiap acara dan segala kegiatan setiap saat , akhirnya mereka lama kelamaan tahu dan mengerti bagaimana pementasan tari Radap Rahayu di Kota Banjarmasin. Sehingga pewarisan seni tari Radap Rahayu tidak hanya oleh penduduk asli Banjar tetapi juga oleh penduduk pendatang yang sudah tinggal lama di Kota Banjarmasin. Hal ini pula yang menyebabkan berubahnya makna tari Radap Rahayu  dulu dan sekarang. Oleh penduduk pendatang pada umumnya dan masyarakat Banjar sekarang ini dipentaskannya tari Radap Rahayu merupakan suatu simbol dalam upaya pelestarian tari klasik sebagai warisan budaya dari bangsawan Banjar yang harus dilestarikan.
            Pemaknaan tari Radap Rahayu yang diberikan oleh masyarakat sekarang ini berdasarkan pada kenyataan yang ada bahwa konteks lingkungan dan budaya Banjar dulu dan sekarang berbeda. Dahulu Banjarmasin merupakan wilayah perairan yang penduduknya bermata pencaharian sebagai pencari ikan dan berdagang. Sekarang wilayah Banjarmasin adalah wilayah perkotaan dimana tidak tersisa sedikit pun tanah rawa yang untuk mencari ikan dan tergantikan dengan perumahan-perumahan elite disekitar Kota Banjarmasin, maka berubah pula mata pencaharian penduduk menjadi karyawan, buruh pabrik, pedagang, sopir, dan lain sebagainya. Dan keistimewaan yang ada adalah bahwa tradisi tapung tawar dalam tari Radap Rahayu sebagai fenomena budaya dulu, masih dilaksanakan dan dilestarikan oleh masyarakat Banjar yang dalam segala bidang baik lingkungan, struktur masyarakatnya, bahkan pola perilaku sudah berubah. Ini menunjukkan bahwa kesadaran mereka akan pelestarian terhadap budaya lama masih kuat. Sehingga dalam hal ini masyarakat Banjar sekarang ini sudah memberi makna yang lain (tidak sama dengan makna tapung tawar dalam tari Radap Rahayu dulu) terhadap fenomena tradisi tapung tawar di Kota Banjarmasin.
            Dahulu pementasan tari Radap Rahayu ini hanya melibatkan warga setempat tetapi sekarang sudah melibatkan banyak sanggar, akademisi, instansi baik pemerintah maupun swasta yang peduli akan pelestarian tari Klasik di masyarakat.
Bentuk tari Radap Rahayu sebelum diperpendek durasi waktunya
Bentuk tari Radap Rahayu setelah diperpendek durasi waktunya
Lari masuk arena, duduk taruh cupu, limbai kisar, mangapak, alang manari, lontang, gegoreh sembadra, gegoreh srikandi, mantang, persembahan, tabur bunga, puja bantan, angin tutus, lari keluar arena.
Lari masuk arena, duduk taruh cupu, limbai kisar, mangapak, alang manari, persembahan, tabur bunga lari keluar arena.


Simpulan dan Saran
Eksistensi Tari Radap Rahayu merupakan integral dari dinamisasi kehidupan masyarakat Banjar terus mengalami perubahan fungsi yaitu; ritual, sosial, adat sampai sekuler dan hiburan. Oleh karena eksistensinya dan keberlanjutan tari Radap rahayu sampai hari ini sangat didukung oleh masyarakat Banjar itu sendiri. Dengan demikian proses keberlanjutan dan perubahan pada tari Radap Rahayu ditentukan oleh masyarakat pendukungnya. Artinya tari Radap Rahayu tidak terlepas dari masyarakat dengan segala aktivitas budayanya seperti; mencipta, menularkan, dan mengembangkan tari Radap Rahayu.
Apapun alasannya, lembaga pendidikan tidak hanya bertanggungjawab untuk menciptakan manusia menjadi pintar alias punya keahlian dan ketrampilan, akan tetapi memproses manusia menjadi manusia berpendidikan yang bertujuan untuk memanusiakan manusia, mensosialisasikan manusia dan membudayakan manusia. Pada akhirnya ketrampilan dan keahlian output mudah diterima, dicerna dan dipraktekkan oleh masyarakat luas dimana mereka mengabdi. Itulah yang disebut dengan “pembangunan, pemberdayaan dan pencerdasan melalui pendekatan berdasarkan budaya masyarakat setempat” khususnya di Banjarmasin.

Jurnal Paradigma Vol.5 no.10 Januari-Juni 2011

KEBERLANJUTAN TARI RADAP RAHAYU
DI KOTA BANJARMASIN
                                                                            
Oleh
Edlin Yanuar Nugraheni, S.Sn., M.Sn
Staf Pengajar FKIP UNLAM
Program Studi Sendratasik

Abstract
            Sustainability Radap Rahayu dance alongwith the change in function that continues to experience the process from time to time from its original function. Radap Rahayu dance,dance Tapung Tawar also called, which is one of classical dance in South Kalimantan that live and thrive in particular in the city of Banjarmasin.
            Tapung Tawar event is one of the event is conducted,either at the time of children, adolescents and adults, with the goal one wants to gain salvation and avoid the arrival of everything that is not good. Sustainability existence Radap Rahayu Dance is integral to the dynamic life of Banjar society continues to change the fungction, namely : ritual, social, traditional tosecular and entertainment.

Keywords: continuity of function, dance in the city of Banjarmasin Radap Rahayu
.

I.                   Pendahuluan

Secara geografis, posisi provinsi Kalimantan Selatan berada diantara 121’49 – 410’14” Lintang Selatan, dan 11633’28 – 11419’13 Bujur Timur. Secara administrasi wilayah provinsi Kalimantan Selatan dengan Banjarmasin sebagai ibukotanya, terletak di bagian tenggara Pulau Kalimantan dengan batas-batas: sebelah utara dengan provinsi Kalimantan Timur, sebelah selatan dengan laut Jawa, sebelah timur dengan selat Makasar, sebelah barat dengan provinsi Kalimantan Tengah. Berdasarkan letak tersebut, maka Provinsi Kalimantan Selatan mempunyai wilayah terkecil dibanding dengan luas wilayah tiga provinsi lainnya di pulau Kalimantan yakni hanya seluas 37.530.52 km2 atau hanya 6,98 % dari luas Pulau Kalimantan secara keseluruhan. (M.Idehem,dkk. hal : 6 - 8)
Wilayah Kalimantan Selatan banyak dialiri sungai besar maupun kecil. Umumnya sungai-sungai di Kalimantan Selatan Selatan berpangkal di Pegunungan Meratus dan bermuara di Laut Jawa atau Selat Makasar. Penduduk yang menempati jumlah terbesar di Kalimantan Selatan adalah suku Banjar yaitu berjumlah 2.251.913 jiwa (76,23%), disusul suku Jawa dengan jumlah 389.590 jiwa (13,19%), suku Bugis berjumlah 72.945 jiwa (2,47%), serta suku Madura yang berjumlah 36.281 jiwa (1,23%), selebihnya suku-suku lainnya (BPS Kalsel, 2001:41).
Suku Banjar, Dayak Bukit, Dayak Ngaju, Dayak Barito, Dayak Maanyan, dan suku Bugis merupakan sebagian dari berbagai suku bangsa yang ada di Kalimantan Selatan. Tari Radap Rahayu diangkat dari cerita lagenda. Konon ketika Kapal Perabu Yaksa yang ditumpangi Patih Lambung Mangkurat pulang lawatan dari Kerajaan Majapahit, ketika sampai di Muara Mantuil dan akan memasuki Sungai Barito, kapal Perabu Yaksa kandas. Melihat ini, Patih Lambung Mangkurat lalu memuja “ Bantan” yakni meminta pertolongan pada Yang Maha kuasa agar kapal dapat diselamatkan. Lalu dari angkasa turunlah tujuh bidadari ke atas kapal dan mengadakan upacara beradap-radap. Akhirnya kapal tersebut kembali normal dan tujuh bidadari tersebut kembali ke Kayangan. Kapal melanjutkan pulang ke Kerajaan Dwipa.
Dari cerita ini lahirlah Tari “ Radap Rahayu “ ( anonim ). Tarian ini sangat terkenal di Kerajaan Banjar berfungsi setiap acara penobatan raja dipertunjukan serta sebagai tarian penyambut tamu kerajaan, sebagai kehormatan di Banua Banjar, upacara perkawinan, dan upacara memalas banua sebagai Tapung Tawar untuk keselamatan. Tarian termasuk jenis tari klasik yang bersifat sakral. Gambaran gerak secara umum personifikasi dari para bidadari dari kayangan turun ke bumi untuk memberikan doa restu serta keselamatan. Syair tari Radap Rahayu diselingi dengan sebuah nyanyian yang isi syairnya mengundang makhluk-makhluk halus ketika ragam gerak “Tapung Tawar”. Jumlah penari Radap Rahayu selalu ganjil, yaitu : 1,3,5,7 dan seterusnya. Tata Busana baju layang. Hiasan rambut mengggunakan untaian kembang bogam. Selendang berperan untuk melukiskan seorang bidadari, disertai cupu sebagai tempat beras kuning dan bunga rampai untuk doa restu. Seiring lenyapnya Kerajaan Dwipa, lenyap juga Tari Radap Rahayu.
Tarian tersebut kembali digarap oleh seniman Kerajaan Banjar bernama Pangeran Hidayatullah. Namun kembali terlupakan ketika berkecamuknya perang Banjar mengusir penjajah Belanda. Pada tahun 1955 oleh seorang Budayawan bernama Kiayi Amir Hasan Bondan membangkitkan kembali melalui Kelompok Tari yang didirikannya bernama PERPEKINDO ( Perintis Peradaban dan Kebudayaan Indonesia) yang berkedudukan di Banjarmasin. Sampai saat ini PERPEKINDO masih aktif mengembangkan dan melestarikan Tari Radap Rahayu hingga sekarang.(Internet: tari Radap Rahayu)

II. Keberlanjutan Tari Radap Rahayu
Keberlanjutan tari Radap Rahayu bersamaan dengan adanya perubahan  fungsi yang terus mengalami proses dari waktu ke waktu dari fungsinya semula. Salah satu perubahan pada tari Radap Rahayu adalah sebagai tari Tapung Tawar, yaitu berfungsi untuk menghilangkan hal-hal yang mengganggu kehidupan masyarakat Banjar atau tolak bala. Terkait dengan perubahan fungsinya sangat jelas bahwa keberlanjutan tari Radap rahayu di daerah Banjar merupakan kebutuhan yang tidak dapat dielakkan oleh masyarakat Banjar. Sehingga eksistensi tari Radap Rahayu sebagai seni tradisional telah mengalami perkembangan dari berbagai macam bentuk, yang berasal dari pengaruh budaya luar dari Banjar.
Tari Radap Rahayu atau tari Tapung Tawar merupakan salah satu dari tari klasik di Kalimantan Selatan yang hidup dan berkembang di daerah, seperti: daerah Barabai, Kandangan, Plehari, Amuntai dan Tanjung. Menelusuri asal usul Tari Radap Rahayu atau tari Tapung Tawar, dapat dilihat dari Sejarah Urang Banjar dan Kebudayaannya. Masyarakat Banjar memiliki konsep waktu yang menjadi keyakinan atau falsafah hidupnya. Waktu merupakan siklus kehidupan dimulai sejak kehamilan sampai meninggal dunia yang dialami setiap manusia atau yang sering dinamakan daur hidup. Untuk menandai perubahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat Banjar terutama dalam masyarakat tradisional dilakukan upacara daur hidup. Upacara daur hidup yang sudah menjadi adat dan sering dilakukan. Konsep waktu ini dapat dijelaskan pada masa kehamilan, masa kanak-kanak, menjelang dewasa, perkawinan dan kematian. Acara tapung tawar adalah merupakan salah satu acara yang dapat dilakukakan pada waktu anak-anak, remaja maupun dewasa, seseorang ingin mendapatkan keselamatan dan menghindari datangnya segala sesuatu yang tidak baik.
Dalam kehidupan suku bangsa Banjar upacara Tapung Tawar ini dilakukan untuk mendapatkan keselamatan dan kebahagiaan. Mereka menganggap dengan memercikkan minyak likat baboreh, dikepala dan bahu orang yang ditapung tawari merupakan tradisi bahwa orang akan mendapatkan keselamatan dan kebaikan dalam hidupnya (wawancara, Rustam A.A, 2008). Dalam upacara Tapung Tawar ini, orang yang mengadakan acara Tapung Tawar ditapungtawari (dipercikkan minyak likat baboreh di atas kepala dan bahu kanan dan kiri orang) oleh orang tua yang berpengaruh di daerah itu. Dengan upacara ini kemudian masyarakat Kalimantan Selatan mengkaitkan dengan konsep estetik koreografi tari Radap Rahayu yang pagelarkan dalam upacara Tapung Tawar. Sehingga tari Radap Rahayu lebih dikenal dengan tari Tapung Tawar yang ditarikan oleh penari yang berjumlah ganjil (3, 5, 7 dst).
Sebagai salah satu bentuk estetik tari Radap Rahayu dibingkai dengan aturan seperti penari, fungsi, tempat dan waktu pertunjukan. Masyarakat Banjarmasin, dalam mempertunjukkan tari Radap Rahayu sangat terkait dengan waktu. Pelaksanaan upacara tapung Tawar ini dilakukan pada hari yang ditentukan oleh orang tetua didaerah tempat tinggal yang akan ditapung tawari. penentuan hari ini juga didasarkan atas pilihan atau pertimbangan yang sudah teradatkan. Sedang tari Radap Rahayu atau tari Tapung Tawar dipentaskan sebelum acara Tapung Tawar dilakukan.
Sementara tempat pelaksanaan upacara tapung tawar adalah di ruangan tengah rumah yang sering disebut tawing halat. Tetapi ketika proses keberlanjutan terjadi dan Pangeran Hidayat merinterpretasikan tari Radap Rahayu ini. Pada zaman itu berfungsi sebagai Tapung Tawar yang ditarikan dan sudah tidak di pakai dalam acara itu saja, perubahan fungsi dari tari Radap Rahayu itu sendiri menjadikan tari Radap Rahayu lebih sangat terkait dengan kebutuhan masyarakat Banjar sehingga tari ini sangat digemari dan dipakai untuk setiap acara-acara lainnya dan tempatnya pertunjukan tidak menjadi syarat mutlak. Walau tempat pertunjukan atau pemanggungan merupakan bagian penting sebuah pertunjukan, pada dasarnya tari Radap Rahayu di masyarakat Banjar, tidak selalu di atas panggung. Bagi pendukung Radap Rahayu, tari Radap Rahayu dapat ditampilkan dan mampu menghibur para penonton yang hadir untuk menyaksikan dan  sangat fleksibel. Dengan demikian proses keberlanjutan memberi juga pergeseran, pada fungsi tari Radap Rahayu menjadi tari yang merupakan sarana hiburan bagi masyarakat Banjarmasin.
             Koreografi Radap Rahayu Banjar termasuk sebuah tontonan tradisi yang sifatnya tradisi dan memiliki tempat pertunjukan yang khas. Seperti diungkapkan oleh Murgiyanto, setiap tontonan tradisi biasanya memiliki tempat pergelarannya sendiri yang khas (1983:103). Pertunjukan yang khas di sini lebih kepada fleksibilitas dari tari Radap Rahayu itu sendiri. Ketika menampilkan tari Radap Rahayu ini, di tempatkan pada tempat yang sangat sederhana, tempat yang terbuka atau di halaman sekolah atau lapangan. Pertunjukan Radap Rahayu tidak mengenal adanya tempat khusus, yang selalu menjadi tempat rutin untuk pertunjukan Radap Rahayu Banjar. Pertunjukan Radap Rahayu dapat ditampilkan di tempat-tempat yang terbuka. Keterbukaan pada tempat pertunjukan koreografi Radap Rahayu dapat dilihat oleh penonton dari berbagai arah. 
Pada masa sekarang, tari Radap Rahayu atau sering disebut dengan tari Tapung Tawar mengalami keberlanjutan dan perkembangan dengan diadakan festival-festival tari tradisional, sebagai salah satu pelestarian dari kesenian daerah Banjar. Pengenalan dan latihan-latihan di setiap sanggar dengan materi ajar tari Tapung Tawar ini. Pada hal waktu masa Pangeran Hidayat Bangsawan Banjar hanya untuk para Bangsawan Banjar saja sehingga belum masuk ke masyarakat umum diluarnya. Namun sekarang, dengan berangsur-angsur hilangnya kerajaan Banjar di Kuin dan lambat laun hilangnya keturunan Bangsawan-bangsawan Banjar, yang disebabkan meninggal maupun pergi dari Banjar untuk menetap diluar Banjar, maka tari Radap Rahayu mulai dipelajari oleh masyarakat sekitar lingkungan kerajaan Banjar dan sampai akhirnya tari ini menyebar ke seluruh Kalimantan Selatan.
Sebuah tarian tentunya tidak terlepas dari ragam-ragam gerak yang ada pada tarian tersebut. Nama-nama ragam tari dalam Radap Rahayu diantaranya :
a.      Limbai Kisar              
Lari ditempat dengan tumit diangkat (jingkit), badan turun naik. Tangan kanan diayun keatas dengan tapak tangan menghadap keatas, badan naik kemudian turunkan tangan dengan membawa punggung tapak tangan badan turun, lalu badan naik lagi tangan diayun keatas arah kekanan dengan mendahulukan punggung tangan. Gerakan diulang ditempat, maju atau mundur.

b.      Duduk dungkul persembahan            
Posisi awal : duduk pada tumit, tangan tapaknya ditangkupkan ( ditemukan) didepan dada, ini untuk wanit. Kalau laki-laki duduk pada satu tumit, dan kaki satunya/ diangkat dengan tapak kakinya menapak pada lantai dengan tumit sedikit diangkat.

c.       Lontang, Lontang setengah, setengah lontang
Posisi awal : kaki kanan didepan dengan tapak kaki serong kekanan dan lutut sedikit ditekukkan. Kaki kiri dibelakang dengan tapak kaki serong kekiri dengan lutut sedikit menekuk (berat badan pada kaki belakang), bahu tegap sedikit ditarik kebelakang. Tangan kanan disamping badan sedikit menekuk dan tapak tangan memegang pertengahan paha. Sedang tangan kiri menekuk siku disamping badan dengan punggung tapak tangan berada pada pinggul. Posisi awal tersebut juga bisa sebaliknya yaitu dengan posisi aki kiri didepan.

d.      Kangkung limbai
Gerakan Kangkung Limbai ini bisa digerakkan ditempat dan bisa pula berjalan. Jadi kalau kaki kiri dilangkahkan tangan diayun kekiri tapi kalau kanan yang dilangkahkan maka ayunan dilakkukan kekanan.
e.       Tarbang
Gerakan ini biasanya digerakkan sebelum kijik. Kedua tangan direntangkan, badan tegap dan kedua kaki sejajar dan lurus. Gerakan kaki kanan kedepan dengan mendahulukan tumit (hit.1), tumit seakan dilempar kedepan. Kemudian tumit tadi digeser kebelakang dan majukan kaki belakang sejajar dengan kaki depan (hit.2). waktu menggerakkan kaki depan badan badan sedikit turun dan naik kembali waktu kaki depan dilangkahkan. Gerakan ini dilakukan dua kali,kemudian angkat kaki kanan (pahanya) dan badan sedikit turun, selanjutnya tapakkan kaki itu kembali dan badan terus diturunkan dan kaki keduanyanya menekuk kedepan serta kedua tangan menekuk siku didepan badan dengan tapak tangan kiri keluar arah kiri juga tapak tangan kanan siukkan (putarkan) kekiri terus berbalik dan badan dinaikkan, kembali pada kedudukan badan seperti mula mau menggerakkan gerak terbang.

f.        Lagurih  
Seperti gerakan kedua tangan arah kedepan lurus sambil memindahkan berat badan sedikit kedepan miring. Kemudian putarkan tapak tangan sambil melangkahkan kaki dan ayunkan atau limbaikan tangan kebelakang disamping badan (tangan dimana kaki yang dimajukan ). Misalnya kaki kanan yang dimajukan maka yang dilimbaikan tangan kanan.

g.      Tapung tali
Kedudukan kaki pada kedudukan dasar (posisi awal). alihkan posisi tangan dengan keduanya menekuk (bengkok) didepan badan, belakang tapak tangan ditemukan, kalau kaki kiri yang didepan maka tangan kanan yang diatas. Gerakan diatas dilakukan dengan menggerakkan bahu kanan arah kekiri (miring). Kemudian gerakan bahu pada posisi semula dengan membuka tangan mengikuti gerakan bahu dengan posisi tangan kanan menekuk siku arah keatas dengan tapak tangan tangan menekuk kedalam sedangkan tangan kiri dibawa kesamping badan arah kebawah lurus. ( catatan kecil Rustam A.A).
            Kostum atau busana yang dikenakan oleh penari, apabila dicermati, menunjukkan berbagai macam informasi tekstual dan kontektual. Pada satu sisi, penggunaan busana penari mempertimbangkan keindahan visual yang berhubungan dengan ekspresi gerak penari, desain keruangan, dan efek penikmatan bagi penonton. Busana tari, selain untuk penutup tubuh penari, berfungsi untuk menguatkan espresi gerak penari dan desain keruangan yang dibentuk melalui elemen-elemen garis, warna, kualitas, tektur, dan dekorasi. Kostum yang baik harus menunjang dan disesuaikan dengan frekuensi dan jangkauan keindahan ekspresi gerak penari.
Busana tari yang baik bukan sekedar berguna sebagai penutup tubuh penari, tetapi merupakan pendukung desain keruangan yang melekat pada tubuh penari dan menopang gerakan penari. Busana tari mendukung penciptaan citra-citra ruang tari yang dibentuk melalui elemen-elemen garis, warna, kualitas, tekstur, dan dekorasi. Busana tari pun perlu mempertimbangkan keindahan visual yang dapat dinikmati oleh penonton yang melihatnya, pada prinsipnya kostum harus enak dipakai dan sedap dilihat oleh penonton.
Busana Radap Rahayu, sebagai sebuah seni tradisi, tidak luput dari penandaan sebuah lokus budaya di wilayah mana tari ini tumbuh dan berkembang. Busana Radap Rahayu tidak bisa dipisahkan dengan kebudayaan Suku Banjar-Jawa-Melayu yang tumbuh dan berkembang di Banjarmasin. Dengan Busana baju Layang[1] dan tapih [2]Banjar dibawahnya, serta selendang dikalungkan dileher. Pada sisi lain, busana tari dapat menampilkan ciri-ciri khas suatu bangsa atau daerah tertentu. Busana baju layang yang mendominasi ke Melayuan dalam busananya. Di dalam tari tradisi, busana tari sering berupa pakaian adat atau pakaian khas daerah yang kemudian ikut menentukan pencitraan ciri khas tari tradisi dari daerah tersebut. Tetapi di Banjarmasin busana atau kostum tari khususnya Radap Rahayu terjadi akumulasi antara budaya Melayu, budaya Jawa dengan suku Banjar itu sendiri, sehingga mencirikan busana tari sebagai sebuah identitas suku Banjar.
Fungsi tatarias sebenarnya bukan sekedar “pembungkus” tubuh penari atau sekedar alat untuk mempercantik wajah. Tata rias memiliki fungsi lain untuk membuat atau mengekspresikan sebuah karakter dan memberikan identitas budaya bagi tarian yang bersangkutan, memperlihatkan dari lingkungan budaya dimana tarian tersebut berasal. Pencahayaan dalam tari Radap Rahayu tidak menekankan pada pencahayaan yang khusus, namun apabila Radap Rahayu dipentaskan di panggung misalnya disaat festival tari daerah biasanya memakai pencahayaan yang sedikit redup atau tata cahayanya tidak begitu terang, untuk menjadikan pertunjukan Radap Rahayu lebih mendapatkan rasanya. Dalam Radap Rahayu, mempergunakan properti sebuah Cupu (bokor : Jawa) kuning, yang didalamnya diberi bunga mawar warna warni untuk disebarkan, hal ini dapat dianalisa dengan adanya gerak tabur bunga di dalam struktur penyajian ragam geraknya. Sehingga Fungsi tari Radap Rahayu memiliki ciri khas yang selalu beradaptasi terhadap lingkungannya.  
Paling tidak ada beberapa faktor pemicu yang menyebabkan tari Radap Rahayu  masih bisa tetap bertahan hingga kini. Pertama, adanya kedekatan antara bentuk penyajian tari Radap Rahayu dengan nilai ekonomi, nilai agama, nilai sosial dan nilai keseharian masyarakat dalam setiap lapisannya. Dengan melihat tari Radap Rahayu, masyarakat Banjarmasin seolah-olah menyaksikan dirinya dan komunitas sukunya. Kedua, adanya penyesuaian kondisi saat ini, seperti selera dan motivasi masyarakat yang selalu beradaptasi dengan perkembangan zaman yang modern. Perubahan sistem dan orientasi estetik yang banyak dipengaruhi oleh seni-seni kemasan yang bersifat hiburan berakibat keberlanjutan tari Radap Rahayu dapat berjalan Ketiga, adanya penyesuaian kreatif berupa penambahan gerak, modivikasi kostum dan rias dengan menambah ornamentasi dan kebebasan waktu, tempat pertunjukan, memberi peluang untuk tumbuh dan berkembangnya tari Radap Rahayu. Sehingga masyarakat, terutama generasi muda, antusias untuk mempelajari, dan menyaksikan pertunjukan hingga selesai. Keempat, adanya pendekatan terhadap generasi muda yang masih mempunyai motivasi dalam mempelajari tari Radap Rahayu. Artinya terjadi pelatihan-pelatihan baik yang bersifat formal (program pemerintah daerah, lembaga seni dan lembaga non seni) dan non formal terkait dengan latihan-latihan yang digagas oleh masyarakat Banjar. Kelima, adanya latihan rutin yang dibungkus dengan medium agenda setiap satu bulan sekali sehingga mereka masih tetap bisa mengembangkan model tampilan agar penonton tidak selalu disuguhi dengan sajian yang sama.
Dari uraian diatas, semua usaha adalah kreativitas dalam menyikapi tari Radap Rahayu ke arena ruang publik menampung segala lapisan masyarakat. Kesadaran dari para seniman yang selalu bertahan dan tidak ingin berharap pada “birokrat kesenian”.

III. Kesimpulan dan Saran
A. Kesimpulan
Tari Radap Rahayu sebagai salah satu bentuk ekspresi seni budaya, yang dituangkan melalui kerja kreatif berupa; ragam gerak, kostum, property tari, pola lantai yang memiliki ciri khas identitas masyarakat Banjarmasin. Perubahan dan keberlanjutan tari Radap Rahayu mengalami fase perubahan dari waktu  ke waktu.
Proses keberlanjutan dan perubahan tari Radap Rahayu di picu dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal, pertama dari regenerasi para pelaku sampai hari ini masih terus terjadi, kedua kelompok seni masih berupaya melakukan pelestarian dengan mempelajari tari Radap Rahayu, ketiga para seniman yang ada di Banjarmasin masih tetap menjadikan tari Radap Rahayu sebagai sumber inspirasi dalam penggarapan karya tarinya. Artinya reinterpretasi pada tekstual tari Radap Rahayu menjadi sangat penting dalam pembentukan makna dan simbol karya lainnya.
Faktor Eksternal yaitu pemerintah daerah atau lembaga non seni lainnya seperti lembaga adat, lembaga pendidikan masih tetap mendorong, memberdayakan tari Radap Rahayu untuk tetap eksis dalam lingkungan masyarakat Banjarmasin. Faktor pemicu atau dorongan ini memberikan aktivitas sosial kultur dan aktivitas estetis para pelaku seni, untuk terus berlangsung tanpa terhenti sampai hari ini. Tentunya dengan kondisi masyarakat tersebut keberlanjutan dan eksistensi tari Radap Rahayu berpeluang untuk tetap eksis walau bergesernya fungsi ritualnya. Perubahan fungsi tersebut muncul dalam suatu ruang sosial yang bersifat terus menerus. Bentuk tektual yang terkait dengan kontekstual merupakan satu kesatuan dalam komposisi memberikan tekanan pada nilai nilai sosial, nilai ekonomi, nilai politik dan memberi nilai religi relatif lentur dan tidak statis.
Kontinuitas dan perubahannya pada tari Radap Rahayu merupakan suatu proses waktu panjang, berawal dari kebudayaan masyarakat Banjarmasin tumbuh sampai saat ini era moderen. Kontuinitas pada struktur tekstual dapat di lihat dari bentuk gerak yang lebih kompleks, kontum yang lebih dinamis, waktu dan tempat yang lebih lentur dan bentuk penyajian tari Radap Rahayu. Hal ini terkait dengan orientasi kebutuhan masyarakat dalam lingkungan hidupnya, yang terus berproses dan melakukan interaksi yang intens pada kebudayaan lain. Berbagai perubahan fungsi yang ada salah satunya, sebagai tari Tapung Tawar, yaitu berfungsi untuk menghilangkan hal-hal yang mengganggu kehidupan masyarakat Banjar atau tolak bala menjadi sekuler dan menghibur.
Keberlanjutan eksistensi Tari Radap Rahayu merupakan integral dari dinamisasi kehidupan masyarakat Banjar terus mengalami perubahan fungsi yaitu; ritual, sosial, adat sampai sekuler dan hiburan. Oleh karena eksistensinya dan keberlanjutan tari Radap rahayu sampai hari ini sangat didukung oleh masyarakat Banjar itu sendiri. Dengan demikian proses keberlanjutan dan perubahan pada tari Radap Rahayu ditentukan oleh masyarakat pendukungnya. Artinya tari Radap Rahayu tidak terlepas dari masyarakat dengan segala aktivitas budayanya seperti; mencipta, menularkan, dan mengembangkan tari Radap Rahayu.

B. Saran
Apapun alasannya, lembaga pendidikan tidak hanya bertanggungjawab untuk menciptakan manusia menjadi pintar alias punya keahlian dan ketrampilan, akan tetapi memproses manusia menjadi manusia berpendidikan yang bertujuan untuk memanusiakan  manusia, mensosialisasikan manusia dan membudayakan manusia. Pada akhirnya ketrampilan dan keahlian output mudah diterima, dicerna dan dipraktekkan oleh masyarakat luas dimana mereka mengabdi. Itulah yang disebut dengan “pembangunan, pemberdayaan dan pencerdasan melalui pendekatan berdasarkan budaya masyarakat setempat” khususnya di Banjarmasin.


[1] Baju Layang adalah bentuk baju atasan  yang memiliki lengan panjang dengan terbelah sepertiganya yang diberi ornamentasi /corak burung.
[2] Tapih /Bahalai = Banjar (jarit = Jawa)  : kain yang berukuran panjang 3meter, dan berhiaskan manik-manik motif Khas Banjar.