KEBERLANJUTAN TARI RADAP RAHAYU
DI KOTA BANJARMASIN
Oleh
Edlin Yanuar Nugraheni, S.Sn., M.Sn
Staf Pengajar FKIP UNLAM
Program Studi Sendratasik
Abstract
Sustainability
Radap Rahayu dance alongwith the change in function that continues to
experience the process from time to time from its original function. Radap
Rahayu dance,dance Tapung Tawar also called, which is one of classical dance in
South Kalimantan that live and thrive in particular in the city of Banjarmasin.
Tapung
Tawar event is one of the event is conducted,either at the time of children,
adolescents and adults, with the goal one wants to gain salvation and avoid the
arrival of everything that is not good. Sustainability existence Radap Rahayu
Dance is integral to the dynamic life of Banjar society continues to change the
fungction, namely : ritual, social, traditional tosecular and entertainment.
Keywords: continuity of function, dance in the city of Banjarmasin Radap Rahayu.
Keywords: continuity of function, dance in the city of Banjarmasin Radap Rahayu.
I.
Pendahuluan
Secara
geografis, posisi provinsi
Kalimantan Selatan berada diantara 121’49 – 410’14” Lintang Selatan, dan
11633’28 – 11419’13 Bujur Timur. Secara administrasi wilayah provinsi
Kalimantan Selatan dengan Banjarmasin sebagai ibukotanya, terletak di bagian tenggara
Pulau Kalimantan dengan batas-batas: sebelah utara dengan provinsi Kalimantan
Timur, sebelah selatan dengan laut Jawa, sebelah timur dengan selat Makasar,
sebelah barat dengan provinsi Kalimantan Tengah. Berdasarkan letak tersebut,
maka Provinsi Kalimantan Selatan mempunyai wilayah terkecil dibanding dengan luas
wilayah tiga provinsi lainnya di pulau Kalimantan yakni hanya seluas 37.530.52
km2 atau hanya 6,98 % dari luas Pulau Kalimantan secara keseluruhan. (M.Idehem,dkk.
hal : 6 - 8)
Wilayah
Kalimantan Selatan banyak dialiri sungai besar maupun kecil. Umumnya
sungai-sungai di Kalimantan Selatan Selatan berpangkal di Pegunungan Meratus
dan bermuara di Laut Jawa atau Selat Makasar. Penduduk yang menempati jumlah
terbesar di Kalimantan Selatan adalah suku Banjar yaitu berjumlah 2.251.913
jiwa (76,23%), disusul suku Jawa dengan jumlah 389.590 jiwa (13,19%), suku
Bugis berjumlah 72.945 jiwa (2,47%), serta suku Madura yang berjumlah 36.281
jiwa (1,23%), selebihnya suku-suku lainnya (BPS Kalsel, 2001:41).
Suku
Banjar, Dayak Bukit, Dayak Ngaju, Dayak Barito, Dayak Maanyan, dan suku Bugis
merupakan sebagian dari berbagai suku bangsa yang ada di Kalimantan Selatan. Tari
Radap Rahayu diangkat dari cerita lagenda. Konon ketika Kapal
Perabu Yaksa yang ditumpangi Patih
Lambung Mangkurat pulang lawatan dari Kerajaan Majapahit, ketika sampai
di Muara Mantuil dan akan memasuki Sungai Barito, kapal Perabu Yaksa kandas.
Melihat ini, Patih Lambung Mangkurat lalu memuja “ Bantan” yakni meminta pertolongan pada Yang Maha kuasa agar kapal
dapat diselamatkan. Lalu dari angkasa turunlah tujuh bidadari ke atas kapal dan mengadakan upacara beradap-radap. Akhirnya kapal tersebut
kembali normal dan tujuh bidadari tersebut kembali ke Kayangan. Kapal
melanjutkan pulang ke Kerajaan Dwipa.
Dari cerita ini lahirlah Tari “ Radap Rahayu “ ( anonim ). Tarian
ini sangat terkenal di Kerajaan Banjar berfungsi setiap acara penobatan raja dipertunjukan
serta sebagai tarian penyambut tamu kerajaan, sebagai kehormatan di Banua
Banjar, upacara perkawinan, dan upacara memalas banua sebagai Tapung Tawar
untuk keselamatan. Tarian termasuk jenis tari klasik yang bersifat sakral.
Gambaran gerak secara umum personifikasi dari para bidadari dari kayangan turun
ke bumi untuk memberikan doa restu serta keselamatan. Syair tari Radap Rahayu
diselingi dengan sebuah nyanyian yang isi syairnya mengundang makhluk-makhluk
halus ketika ragam gerak “Tapung Tawar”.
Jumlah penari Radap Rahayu selalu ganjil, yaitu : 1,3,5,7 dan seterusnya. Tata
Busana baju layang. Hiasan
rambut mengggunakan untaian kembang
bogam. Selendang berperan untuk melukiskan seorang bidadari, disertai cupu sebagai tempat beras kuning dan
bunga rampai untuk doa restu. Seiring lenyapnya Kerajaan Dwipa, lenyap juga
Tari Radap Rahayu.
Tarian tersebut kembali digarap oleh
seniman Kerajaan Banjar bernama Pangeran Hidayatullah. Namun kembali terlupakan
ketika berkecamuknya perang Banjar mengusir penjajah Belanda. Pada tahun 1955
oleh seorang Budayawan bernama Kiayi Amir Hasan Bondan membangkitkan kembali
melalui Kelompok Tari yang didirikannya bernama PERPEKINDO ( Perintis Peradaban
dan Kebudayaan Indonesia) yang berkedudukan di Banjarmasin. Sampai saat ini
PERPEKINDO masih aktif mengembangkan dan melestarikan Tari Radap Rahayu hingga
sekarang.(Internet: tari Radap Rahayu)
II. Keberlanjutan Tari Radap Rahayu
Keberlanjutan tari Radap Rahayu bersamaan
dengan adanya perubahan fungsi yang terus
mengalami proses dari waktu ke waktu dari fungsinya semula. Salah satu
perubahan pada tari Radap Rahayu adalah sebagai tari Tapung Tawar, yaitu
berfungsi untuk menghilangkan hal-hal yang mengganggu kehidupan masyarakat
Banjar atau tolak bala. Terkait dengan perubahan fungsinya sangat jelas bahwa keberlanjutan
tari Radap rahayu di daerah Banjar merupakan kebutuhan yang tidak dapat
dielakkan oleh masyarakat Banjar. Sehingga eksistensi tari Radap Rahayu sebagai
seni tradisional telah mengalami perkembangan dari berbagai macam bentuk, yang
berasal dari pengaruh budaya luar dari Banjar.
Tari Radap Rahayu atau tari Tapung Tawar
merupakan salah satu dari tari klasik di Kalimantan Selatan yang hidup dan
berkembang di daerah, seperti: daerah Barabai, Kandangan, Plehari, Amuntai dan
Tanjung. Menelusuri asal usul Tari Radap Rahayu atau tari Tapung Tawar,
dapat dilihat dari Sejarah Urang Banjar dan Kebudayaannya. Masyarakat Banjar
memiliki konsep waktu yang menjadi keyakinan atau falsafah hidupnya. Waktu
merupakan siklus kehidupan dimulai sejak kehamilan sampai meninggal dunia yang
dialami setiap manusia atau yang sering dinamakan daur hidup. Untuk menandai
perubahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat Banjar terutama dalam
masyarakat tradisional dilakukan upacara daur hidup. Upacara daur hidup yang
sudah menjadi adat dan sering dilakukan. Konsep waktu ini dapat dijelaskan pada
masa kehamilan, masa kanak-kanak, menjelang dewasa, perkawinan dan kematian.
Acara tapung tawar adalah
merupakan salah satu acara yang
dapat dilakukakan pada waktu anak-anak,
remaja maupun dewasa, seseorang ingin mendapatkan keselamatan dan menghindari datangnya
segala sesuatu yang tidak baik.
Dalam
kehidupan suku bangsa Banjar upacara Tapung Tawar ini dilakukan
untuk mendapatkan keselamatan dan kebahagiaan. Mereka menganggap dengan memercikkan minyak likat baboreh, dikepala dan bahu orang
yang ditapung tawari merupakan tradisi bahwa orang akan mendapatkan keselamatan dan kebaikan dalam
hidupnya (wawancara, Rustam A.A, 2008). Dalam upacara Tapung Tawar ini, orang yang mengadakan acara Tapung Tawar ditapungtawari (dipercikkan minyak likat baboreh di atas kepala dan bahu kanan dan kiri orang)
oleh orang tua yang
berpengaruh di daerah itu. Dengan upacara ini kemudian masyarakat Kalimantan
Selatan mengkaitkan dengan konsep estetik koreografi tari Radap Rahayu yang
pagelarkan dalam upacara Tapung
Tawar. Sehingga tari Radap
Rahayu lebih dikenal dengan tari Tapung Tawar yang ditarikan oleh penari yang
berjumlah ganjil (3, 5, 7 dst).
Sebagai
salah satu bentuk estetik tari Radap Rahayu dibingkai dengan aturan seperti
penari, fungsi, tempat dan waktu pertunjukan. Masyarakat Banjarmasin, dalam
mempertunjukkan tari Radap Rahayu sangat terkait dengan waktu. Pelaksanaan upacara
tapung Tawar ini dilakukan pada hari yang ditentukan oleh orang tetua didaerah tempat tinggal yang akan ditapung
tawari. penentuan hari ini juga didasarkan atas pilihan atau
pertimbangan yang sudah teradatkan. Sedang tari Radap Rahayu atau tari Tapung
Tawar dipentaskan sebelum
acara Tapung Tawar dilakukan.
Sementara
tempat pelaksanaan upacara tapung tawar adalah di ruangan tengah rumah yang
sering disebut tawing halat. Tetapi ketika proses keberlanjutan terjadi
dan Pangeran Hidayat merinterpretasikan tari Radap Rahayu ini. Pada zaman itu berfungsi sebagai Tapung Tawar
yang ditarikan dan sudah
tidak di pakai dalam acara itu
saja, perubahan fungsi dari
tari Radap Rahayu itu sendiri menjadikan tari Radap Rahayu lebih sangat terkait
dengan kebutuhan masyarakat Banjar sehingga tari ini sangat digemari dan
dipakai untuk setiap acara-acara lainnya dan tempatnya pertunjukan tidak
menjadi syarat mutlak. Walau tempat pertunjukan atau pemanggungan merupakan
bagian penting sebuah pertunjukan, pada dasarnya tari Radap Rahayu di
masyarakat Banjar, tidak selalu di atas panggung. Bagi pendukung Radap Rahayu,
tari Radap Rahayu dapat ditampilkan dan mampu menghibur para penonton yang
hadir untuk menyaksikan dan sangat fleksibel.
Dengan demikian proses keberlanjutan memberi juga pergeseran, pada fungsi tari
Radap Rahayu menjadi tari yang merupakan sarana hiburan bagi masyarakat
Banjarmasin.
Koreografi Radap Rahayu Banjar termasuk sebuah
tontonan tradisi yang sifatnya tradisi dan memiliki tempat pertunjukan yang
khas. Seperti diungkapkan oleh Murgiyanto, setiap tontonan tradisi biasanya
memiliki tempat pergelarannya sendiri yang khas (1983:103). Pertunjukan yang
khas di sini lebih kepada fleksibilitas dari tari Radap Rahayu itu sendiri.
Ketika menampilkan tari Radap Rahayu ini, di tempatkan pada tempat yang sangat
sederhana, tempat yang terbuka atau di halaman sekolah atau lapangan.
Pertunjukan Radap Rahayu tidak mengenal adanya tempat khusus, yang selalu
menjadi tempat rutin untuk pertunjukan Radap Rahayu Banjar. Pertunjukan Radap
Rahayu dapat ditampilkan di tempat-tempat yang terbuka. Keterbukaan pada tempat
pertunjukan koreografi Radap Rahayu dapat dilihat oleh penonton dari berbagai
arah.
Pada masa sekarang, tari Radap Rahayu atau
sering disebut dengan tari Tapung Tawar mengalami keberlanjutan dan
perkembangan dengan diadakan festival-festival tari tradisional, sebagai salah
satu pelestarian dari kesenian daerah Banjar. Pengenalan dan latihan-latihan di
setiap sanggar dengan materi ajar tari Tapung Tawar ini. Pada hal waktu masa
Pangeran Hidayat Bangsawan Banjar hanya untuk para Bangsawan Banjar saja
sehingga belum masuk ke masyarakat umum diluarnya. Namun sekarang, dengan berangsur-angsur
hilangnya kerajaan Banjar di Kuin dan lambat laun hilangnya keturunan Bangsawan-bangsawan
Banjar, yang disebabkan meninggal maupun pergi dari Banjar untuk menetap diluar
Banjar, maka tari Radap Rahayu mulai dipelajari oleh masyarakat sekitar lingkungan
kerajaan Banjar dan sampai akhirnya tari ini menyebar ke seluruh Kalimantan
Selatan.
Sebuah tarian tentunya tidak terlepas dari ragam-ragam
gerak yang ada pada tarian tersebut. Nama-nama ragam tari dalam Radap Rahayu diantaranya :
a.
Limbai Kisar
Lari ditempat dengan tumit diangkat (jingkit),
badan turun naik. Tangan kanan diayun keatas dengan tapak tangan menghadap
keatas, badan naik kemudian turunkan tangan dengan membawa punggung tapak
tangan badan turun, lalu badan naik lagi tangan diayun keatas arah kekanan
dengan mendahulukan punggung
tangan. Gerakan diulang ditempat, maju atau mundur.
b.
Duduk dungkul persembahan
Posisi awal : duduk pada tumit, tangan
tapaknya ditangkupkan ( ditemukan) didepan dada, ini untuk wanit. Kalau
laki-laki duduk pada satu tumit, dan kaki satunya/ diangkat dengan tapak
kakinya menapak pada lantai dengan tumit sedikit diangkat.
c.
Lontang, Lontang setengah, setengah lontang
Posisi awal : kaki kanan didepan dengan tapak
kaki serong kekanan dan lutut sedikit ditekukkan. Kaki kiri dibelakang dengan
tapak kaki serong kekiri dengan lutut sedikit menekuk (berat badan pada kaki
belakang), bahu tegap sedikit ditarik kebelakang. Tangan kanan disamping badan
sedikit menekuk dan tapak tangan memegang pertengahan paha. Sedang tangan kiri
menekuk siku disamping badan dengan punggung tapak tangan berada pada pinggul.
Posisi awal tersebut juga bisa sebaliknya yaitu dengan posisi aki kiri didepan.
d.
Kangkung limbai
Gerakan Kangkung Limbai ini bisa digerakkan ditempat dan bisa pula
berjalan. Jadi kalau kaki kiri dilangkahkan tangan diayun kekiri tapi kalau
kanan yang dilangkahkan maka ayunan dilakkukan kekanan.
e.
Tarbang
Gerakan ini biasanya digerakkan sebelum kijik. Kedua tangan direntangkan, badan
tegap dan kedua kaki sejajar dan lurus. Gerakan kaki kanan kedepan dengan
mendahulukan tumit (hit.1), tumit seakan dilempar kedepan. Kemudian tumit tadi
digeser kebelakang dan majukan kaki belakang sejajar dengan kaki depan (hit.2).
waktu menggerakkan kaki depan badan badan sedikit turun dan naik kembali waktu
kaki depan dilangkahkan. Gerakan ini dilakukan dua kali,kemudian angkat kaki
kanan (pahanya) dan badan sedikit turun, selanjutnya tapakkan kaki itu kembali
dan badan terus diturunkan dan kaki keduanyanya menekuk kedepan serta kedua
tangan menekuk siku didepan badan dengan tapak tangan kiri keluar arah kiri
juga tapak tangan kanan siukkan (putarkan) kekiri terus berbalik dan badan
dinaikkan, kembali pada kedudukan badan seperti mula mau menggerakkan gerak
terbang.
f.
Lagurih
Seperti gerakan kedua tangan arah kedepan
lurus sambil memindahkan berat badan sedikit kedepan miring. Kemudian putarkan
tapak tangan sambil melangkahkan kaki dan ayunkan atau limbaikan tangan
kebelakang disamping badan (tangan dimana kaki yang dimajukan ). Misalnya kaki
kanan yang dimajukan maka yang dilimbaikan tangan kanan.
g.
Tapung tali
Kedudukan kaki pada kedudukan dasar (posisi
awal). alihkan posisi tangan dengan keduanya menekuk (bengkok) didepan badan,
belakang tapak tangan ditemukan, kalau kaki kiri yang didepan maka tangan kanan
yang diatas. Gerakan diatas dilakukan dengan menggerakkan bahu kanan arah
kekiri (miring). Kemudian gerakan bahu pada posisi semula dengan membuka tangan
mengikuti gerakan bahu dengan posisi tangan kanan menekuk siku arah keatas
dengan tapak tangan tangan menekuk kedalam sedangkan tangan kiri dibawa
kesamping badan arah kebawah lurus. ( catatan kecil Rustam A.A).
Kostum atau busana yang dikenakan oleh
penari, apabila dicermati, menunjukkan berbagai macam informasi tekstual dan
kontektual. Pada satu sisi, penggunaan busana penari mempertimbangkan
keindahan visual yang berhubungan dengan ekspresi gerak penari, desain
keruangan, dan efek penikmatan bagi penonton. Busana tari, selain untuk penutup
tubuh penari, berfungsi untuk menguatkan espresi gerak penari dan desain
keruangan yang dibentuk melalui elemen-elemen garis, warna, kualitas, tektur,
dan dekorasi. Kostum yang baik harus menunjang dan disesuaikan dengan frekuensi
dan jangkauan keindahan ekspresi gerak penari.
Busana
tari yang baik bukan sekedar berguna sebagai penutup tubuh penari, tetapi
merupakan pendukung desain keruangan yang melekat pada tubuh penari dan
menopang gerakan penari. Busana tari mendukung penciptaan citra-citra ruang
tari yang dibentuk melalui elemen-elemen garis, warna, kualitas, tekstur, dan
dekorasi. Busana tari pun perlu mempertimbangkan keindahan visual yang dapat
dinikmati oleh penonton yang melihatnya, pada prinsipnya kostum harus enak
dipakai dan sedap dilihat oleh penonton.
Busana
Radap Rahayu, sebagai sebuah seni tradisi, tidak luput dari penandaan sebuah
lokus budaya di wilayah mana tari ini tumbuh dan berkembang. Busana Radap
Rahayu tidak bisa dipisahkan dengan kebudayaan Suku Banjar-Jawa-Melayu yang
tumbuh dan berkembang di Banjarmasin. Dengan Busana baju Layang[1]
dan tapih [2]Banjar
dibawahnya, serta selendang dikalungkan dileher. Pada sisi lain, busana tari dapat menampilkan ciri-ciri khas suatu
bangsa atau daerah tertentu. Busana baju layang
yang mendominasi ke Melayuan dalam busananya. Di dalam tari tradisi, busana
tari sering berupa pakaian adat atau pakaian khas daerah yang kemudian ikut
menentukan pencitraan ciri khas tari tradisi dari daerah tersebut. Tetapi di
Banjarmasin busana atau kostum tari khususnya Radap Rahayu terjadi akumulasi antara
budaya Melayu, budaya Jawa dengan suku Banjar itu sendiri, sehingga mencirikan
busana tari sebagai sebuah identitas suku Banjar.
Fungsi
tatarias sebenarnya bukan sekedar “pembungkus” tubuh penari atau sekedar alat
untuk mempercantik wajah. Tata rias memiliki fungsi lain untuk membuat atau
mengekspresikan sebuah karakter dan memberikan identitas budaya bagi tarian
yang bersangkutan, memperlihatkan dari lingkungan budaya dimana tarian tersebut
berasal. Pencahayaan dalam tari Radap Rahayu tidak menekankan pada pencahayaan
yang khusus, namun apabila Radap Rahayu dipentaskan di panggung misalnya disaat
festival tari daerah biasanya memakai pencahayaan yang sedikit redup atau tata
cahayanya tidak begitu terang, untuk menjadikan pertunjukan Radap Rahayu lebih
mendapatkan rasanya. Dalam Radap Rahayu, mempergunakan properti sebuah Cupu (bokor
: Jawa) kuning, yang didalamnya diberi bunga mawar warna warni untuk disebarkan,
hal ini dapat dianalisa dengan adanya gerak tabur
bunga di dalam struktur penyajian ragam geraknya. Sehingga Fungsi
tari Radap Rahayu memiliki ciri khas yang selalu beradaptasi terhadap
lingkungannya.
Paling tidak ada beberapa faktor pemicu yang menyebabkan tari
Radap Rahayu masih bisa tetap bertahan hingga kini. Pertama,
adanya kedekatan antara bentuk penyajian tari Radap Rahayu dengan nilai ekonomi,
nilai agama, nilai sosial dan nilai keseharian masyarakat dalam setiap
lapisannya. Dengan melihat tari Radap Rahayu, masyarakat Banjarmasin seolah-olah
menyaksikan dirinya dan komunitas sukunya. Kedua, adanya penyesuaian kondisi
saat ini, seperti selera dan motivasi masyarakat yang selalu beradaptasi dengan
perkembangan zaman yang modern. Perubahan sistem dan orientasi estetik yang
banyak dipengaruhi oleh seni-seni kemasan yang bersifat hiburan berakibat
keberlanjutan tari Radap Rahayu dapat berjalan Ketiga, adanya
penyesuaian kreatif berupa penambahan gerak, modivikasi kostum dan rias dengan
menambah ornamentasi dan kebebasan waktu, tempat pertunjukan, memberi
peluang untuk tumbuh dan berkembangnya tari Radap Rahayu. Sehingga masyarakat,
terutama generasi muda, antusias untuk mempelajari, dan menyaksikan pertunjukan
hingga selesai. Keempat, adanya pendekatan terhadap generasi muda yang
masih mempunyai motivasi dalam mempelajari tari Radap Rahayu. Artinya terjadi
pelatihan-pelatihan baik yang bersifat formal (program pemerintah daerah,
lembaga seni dan lembaga non seni) dan non formal terkait dengan
latihan-latihan yang digagas oleh masyarakat Banjar. Kelima, adanya
latihan rutin yang dibungkus dengan medium agenda setiap satu bulan sekali
sehingga mereka masih tetap bisa mengembangkan model tampilan agar penonton
tidak selalu disuguhi dengan sajian yang sama.
Dari uraian diatas, semua usaha adalah
kreativitas dalam menyikapi tari Radap Rahayu ke arena ruang publik menampung
segala lapisan masyarakat. Kesadaran dari para seniman yang selalu bertahan dan
tidak ingin berharap pada “birokrat kesenian”.
III. Kesimpulan dan Saran
A. Kesimpulan
Tari
Radap Rahayu sebagai salah satu bentuk ekspresi seni budaya, yang dituangkan
melalui kerja kreatif berupa; ragam gerak, kostum, property tari, pola lantai
yang memiliki ciri khas identitas masyarakat Banjarmasin. Perubahan
dan keberlanjutan tari Radap Rahayu mengalami fase perubahan dari waktu ke waktu.
Proses
keberlanjutan dan perubahan tari Radap Rahayu di picu dari faktor internal dan
faktor eksternal. Faktor internal, pertama dari regenerasi para pelaku sampai
hari ini masih terus terjadi, kedua kelompok seni masih berupaya melakukan
pelestarian dengan mempelajari tari Radap Rahayu, ketiga para seniman yang ada
di Banjarmasin masih tetap menjadikan tari Radap Rahayu
sebagai sumber inspirasi dalam penggarapan karya tarinya. Artinya reinterpretasi
pada tekstual tari Radap Rahayu menjadi
sangat penting dalam pembentukan makna dan simbol karya lainnya.
Faktor
Eksternal yaitu pemerintah daerah atau lembaga non seni lainnya seperti lembaga
adat, lembaga pendidikan masih tetap mendorong, memberdayakan tari Radap Rahayu
untuk tetap eksis dalam lingkungan masyarakat Banjarmasin. Faktor pemicu atau
dorongan ini memberikan aktivitas sosial kultur dan aktivitas estetis para
pelaku seni, untuk terus berlangsung tanpa terhenti sampai hari ini. Tentunya
dengan kondisi masyarakat tersebut keberlanjutan dan eksistensi tari Radap
Rahayu berpeluang untuk tetap eksis walau bergesernya fungsi ritualnya.
Perubahan fungsi tersebut muncul dalam suatu ruang sosial yang bersifat terus
menerus. Bentuk tektual yang terkait dengan kontekstual merupakan satu kesatuan
dalam komposisi memberikan tekanan pada nilai nilai sosial, nilai ekonomi, nilai
politik dan memberi nilai religi relatif lentur dan tidak statis.
Kontinuitas
dan perubahannya pada tari Radap Rahayu merupakan suatu proses waktu panjang,
berawal dari kebudayaan masyarakat Banjarmasin tumbuh sampai saat ini era moderen.
Kontuinitas pada struktur tekstual dapat di lihat dari bentuk gerak yang lebih
kompleks, kontum yang lebih dinamis, waktu dan tempat yang lebih lentur dan
bentuk penyajian tari Radap Rahayu. Hal ini terkait dengan orientasi kebutuhan masyarakat
dalam lingkungan hidupnya, yang terus berproses dan melakukan interaksi yang
intens pada kebudayaan lain. Berbagai perubahan fungsi yang ada salah satunya,
sebagai tari Tapung Tawar, yaitu berfungsi untuk menghilangkan hal-hal yang
mengganggu kehidupan masyarakat Banjar atau tolak bala menjadi sekuler dan
menghibur.
Keberlanjutan
eksistensi Tari Radap Rahayu merupakan integral dari dinamisasi kehidupan
masyarakat Banjar terus mengalami perubahan fungsi yaitu; ritual, sosial, adat
sampai sekuler dan hiburan. Oleh karena eksistensinya dan keberlanjutan tari
Radap rahayu sampai hari ini sangat didukung oleh masyarakat Banjar itu sendiri.
Dengan demikian proses keberlanjutan dan perubahan pada tari Radap Rahayu ditentukan
oleh masyarakat pendukungnya. Artinya tari Radap Rahayu tidak terlepas dari
masyarakat dengan segala aktivitas budayanya seperti; mencipta, menularkan, dan
mengembangkan tari Radap Rahayu.
B. Saran
Apapun alasannya, lembaga pendidikan tidak
hanya bertanggungjawab untuk menciptakan manusia menjadi pintar alias punya
keahlian dan ketrampilan, akan tetapi memproses manusia menjadi manusia
berpendidikan yang bertujuan untuk memanusiakan manusia, mensosialisasikan
manusia dan membudayakan manusia. Pada
akhirnya ketrampilan dan keahlian output mudah diterima, dicerna dan
dipraktekkan oleh masyarakat luas dimana mereka mengabdi. Itulah yang disebut
dengan “pembangunan, pemberdayaan dan pencerdasan melalui pendekatan
berdasarkan budaya masyarakat setempat” khususnya di Banjarmasin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar