Senin, 26 Desember 2011

Jurnal Paradigma Vol.5 no.10 Januari-Juni 2011

KEBERLANJUTAN TARI RADAP RAHAYU
DI KOTA BANJARMASIN
                                                                            
Oleh
Edlin Yanuar Nugraheni, S.Sn., M.Sn
Staf Pengajar FKIP UNLAM
Program Studi Sendratasik

Abstract
            Sustainability Radap Rahayu dance alongwith the change in function that continues to experience the process from time to time from its original function. Radap Rahayu dance,dance Tapung Tawar also called, which is one of classical dance in South Kalimantan that live and thrive in particular in the city of Banjarmasin.
            Tapung Tawar event is one of the event is conducted,either at the time of children, adolescents and adults, with the goal one wants to gain salvation and avoid the arrival of everything that is not good. Sustainability existence Radap Rahayu Dance is integral to the dynamic life of Banjar society continues to change the fungction, namely : ritual, social, traditional tosecular and entertainment.

Keywords: continuity of function, dance in the city of Banjarmasin Radap Rahayu
.

I.                   Pendahuluan

Secara geografis, posisi provinsi Kalimantan Selatan berada diantara 121’49 – 410’14” Lintang Selatan, dan 11633’28 – 11419’13 Bujur Timur. Secara administrasi wilayah provinsi Kalimantan Selatan dengan Banjarmasin sebagai ibukotanya, terletak di bagian tenggara Pulau Kalimantan dengan batas-batas: sebelah utara dengan provinsi Kalimantan Timur, sebelah selatan dengan laut Jawa, sebelah timur dengan selat Makasar, sebelah barat dengan provinsi Kalimantan Tengah. Berdasarkan letak tersebut, maka Provinsi Kalimantan Selatan mempunyai wilayah terkecil dibanding dengan luas wilayah tiga provinsi lainnya di pulau Kalimantan yakni hanya seluas 37.530.52 km2 atau hanya 6,98 % dari luas Pulau Kalimantan secara keseluruhan. (M.Idehem,dkk. hal : 6 - 8)
Wilayah Kalimantan Selatan banyak dialiri sungai besar maupun kecil. Umumnya sungai-sungai di Kalimantan Selatan Selatan berpangkal di Pegunungan Meratus dan bermuara di Laut Jawa atau Selat Makasar. Penduduk yang menempati jumlah terbesar di Kalimantan Selatan adalah suku Banjar yaitu berjumlah 2.251.913 jiwa (76,23%), disusul suku Jawa dengan jumlah 389.590 jiwa (13,19%), suku Bugis berjumlah 72.945 jiwa (2,47%), serta suku Madura yang berjumlah 36.281 jiwa (1,23%), selebihnya suku-suku lainnya (BPS Kalsel, 2001:41).
Suku Banjar, Dayak Bukit, Dayak Ngaju, Dayak Barito, Dayak Maanyan, dan suku Bugis merupakan sebagian dari berbagai suku bangsa yang ada di Kalimantan Selatan. Tari Radap Rahayu diangkat dari cerita lagenda. Konon ketika Kapal Perabu Yaksa yang ditumpangi Patih Lambung Mangkurat pulang lawatan dari Kerajaan Majapahit, ketika sampai di Muara Mantuil dan akan memasuki Sungai Barito, kapal Perabu Yaksa kandas. Melihat ini, Patih Lambung Mangkurat lalu memuja “ Bantan” yakni meminta pertolongan pada Yang Maha kuasa agar kapal dapat diselamatkan. Lalu dari angkasa turunlah tujuh bidadari ke atas kapal dan mengadakan upacara beradap-radap. Akhirnya kapal tersebut kembali normal dan tujuh bidadari tersebut kembali ke Kayangan. Kapal melanjutkan pulang ke Kerajaan Dwipa.
Dari cerita ini lahirlah Tari “ Radap Rahayu “ ( anonim ). Tarian ini sangat terkenal di Kerajaan Banjar berfungsi setiap acara penobatan raja dipertunjukan serta sebagai tarian penyambut tamu kerajaan, sebagai kehormatan di Banua Banjar, upacara perkawinan, dan upacara memalas banua sebagai Tapung Tawar untuk keselamatan. Tarian termasuk jenis tari klasik yang bersifat sakral. Gambaran gerak secara umum personifikasi dari para bidadari dari kayangan turun ke bumi untuk memberikan doa restu serta keselamatan. Syair tari Radap Rahayu diselingi dengan sebuah nyanyian yang isi syairnya mengundang makhluk-makhluk halus ketika ragam gerak “Tapung Tawar”. Jumlah penari Radap Rahayu selalu ganjil, yaitu : 1,3,5,7 dan seterusnya. Tata Busana baju layang. Hiasan rambut mengggunakan untaian kembang bogam. Selendang berperan untuk melukiskan seorang bidadari, disertai cupu sebagai tempat beras kuning dan bunga rampai untuk doa restu. Seiring lenyapnya Kerajaan Dwipa, lenyap juga Tari Radap Rahayu.
Tarian tersebut kembali digarap oleh seniman Kerajaan Banjar bernama Pangeran Hidayatullah. Namun kembali terlupakan ketika berkecamuknya perang Banjar mengusir penjajah Belanda. Pada tahun 1955 oleh seorang Budayawan bernama Kiayi Amir Hasan Bondan membangkitkan kembali melalui Kelompok Tari yang didirikannya bernama PERPEKINDO ( Perintis Peradaban dan Kebudayaan Indonesia) yang berkedudukan di Banjarmasin. Sampai saat ini PERPEKINDO masih aktif mengembangkan dan melestarikan Tari Radap Rahayu hingga sekarang.(Internet: tari Radap Rahayu)

II. Keberlanjutan Tari Radap Rahayu
Keberlanjutan tari Radap Rahayu bersamaan dengan adanya perubahan  fungsi yang terus mengalami proses dari waktu ke waktu dari fungsinya semula. Salah satu perubahan pada tari Radap Rahayu adalah sebagai tari Tapung Tawar, yaitu berfungsi untuk menghilangkan hal-hal yang mengganggu kehidupan masyarakat Banjar atau tolak bala. Terkait dengan perubahan fungsinya sangat jelas bahwa keberlanjutan tari Radap rahayu di daerah Banjar merupakan kebutuhan yang tidak dapat dielakkan oleh masyarakat Banjar. Sehingga eksistensi tari Radap Rahayu sebagai seni tradisional telah mengalami perkembangan dari berbagai macam bentuk, yang berasal dari pengaruh budaya luar dari Banjar.
Tari Radap Rahayu atau tari Tapung Tawar merupakan salah satu dari tari klasik di Kalimantan Selatan yang hidup dan berkembang di daerah, seperti: daerah Barabai, Kandangan, Plehari, Amuntai dan Tanjung. Menelusuri asal usul Tari Radap Rahayu atau tari Tapung Tawar, dapat dilihat dari Sejarah Urang Banjar dan Kebudayaannya. Masyarakat Banjar memiliki konsep waktu yang menjadi keyakinan atau falsafah hidupnya. Waktu merupakan siklus kehidupan dimulai sejak kehamilan sampai meninggal dunia yang dialami setiap manusia atau yang sering dinamakan daur hidup. Untuk menandai perubahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat Banjar terutama dalam masyarakat tradisional dilakukan upacara daur hidup. Upacara daur hidup yang sudah menjadi adat dan sering dilakukan. Konsep waktu ini dapat dijelaskan pada masa kehamilan, masa kanak-kanak, menjelang dewasa, perkawinan dan kematian. Acara tapung tawar adalah merupakan salah satu acara yang dapat dilakukakan pada waktu anak-anak, remaja maupun dewasa, seseorang ingin mendapatkan keselamatan dan menghindari datangnya segala sesuatu yang tidak baik.
Dalam kehidupan suku bangsa Banjar upacara Tapung Tawar ini dilakukan untuk mendapatkan keselamatan dan kebahagiaan. Mereka menganggap dengan memercikkan minyak likat baboreh, dikepala dan bahu orang yang ditapung tawari merupakan tradisi bahwa orang akan mendapatkan keselamatan dan kebaikan dalam hidupnya (wawancara, Rustam A.A, 2008). Dalam upacara Tapung Tawar ini, orang yang mengadakan acara Tapung Tawar ditapungtawari (dipercikkan minyak likat baboreh di atas kepala dan bahu kanan dan kiri orang) oleh orang tua yang berpengaruh di daerah itu. Dengan upacara ini kemudian masyarakat Kalimantan Selatan mengkaitkan dengan konsep estetik koreografi tari Radap Rahayu yang pagelarkan dalam upacara Tapung Tawar. Sehingga tari Radap Rahayu lebih dikenal dengan tari Tapung Tawar yang ditarikan oleh penari yang berjumlah ganjil (3, 5, 7 dst).
Sebagai salah satu bentuk estetik tari Radap Rahayu dibingkai dengan aturan seperti penari, fungsi, tempat dan waktu pertunjukan. Masyarakat Banjarmasin, dalam mempertunjukkan tari Radap Rahayu sangat terkait dengan waktu. Pelaksanaan upacara tapung Tawar ini dilakukan pada hari yang ditentukan oleh orang tetua didaerah tempat tinggal yang akan ditapung tawari. penentuan hari ini juga didasarkan atas pilihan atau pertimbangan yang sudah teradatkan. Sedang tari Radap Rahayu atau tari Tapung Tawar dipentaskan sebelum acara Tapung Tawar dilakukan.
Sementara tempat pelaksanaan upacara tapung tawar adalah di ruangan tengah rumah yang sering disebut tawing halat. Tetapi ketika proses keberlanjutan terjadi dan Pangeran Hidayat merinterpretasikan tari Radap Rahayu ini. Pada zaman itu berfungsi sebagai Tapung Tawar yang ditarikan dan sudah tidak di pakai dalam acara itu saja, perubahan fungsi dari tari Radap Rahayu itu sendiri menjadikan tari Radap Rahayu lebih sangat terkait dengan kebutuhan masyarakat Banjar sehingga tari ini sangat digemari dan dipakai untuk setiap acara-acara lainnya dan tempatnya pertunjukan tidak menjadi syarat mutlak. Walau tempat pertunjukan atau pemanggungan merupakan bagian penting sebuah pertunjukan, pada dasarnya tari Radap Rahayu di masyarakat Banjar, tidak selalu di atas panggung. Bagi pendukung Radap Rahayu, tari Radap Rahayu dapat ditampilkan dan mampu menghibur para penonton yang hadir untuk menyaksikan dan  sangat fleksibel. Dengan demikian proses keberlanjutan memberi juga pergeseran, pada fungsi tari Radap Rahayu menjadi tari yang merupakan sarana hiburan bagi masyarakat Banjarmasin.
             Koreografi Radap Rahayu Banjar termasuk sebuah tontonan tradisi yang sifatnya tradisi dan memiliki tempat pertunjukan yang khas. Seperti diungkapkan oleh Murgiyanto, setiap tontonan tradisi biasanya memiliki tempat pergelarannya sendiri yang khas (1983:103). Pertunjukan yang khas di sini lebih kepada fleksibilitas dari tari Radap Rahayu itu sendiri. Ketika menampilkan tari Radap Rahayu ini, di tempatkan pada tempat yang sangat sederhana, tempat yang terbuka atau di halaman sekolah atau lapangan. Pertunjukan Radap Rahayu tidak mengenal adanya tempat khusus, yang selalu menjadi tempat rutin untuk pertunjukan Radap Rahayu Banjar. Pertunjukan Radap Rahayu dapat ditampilkan di tempat-tempat yang terbuka. Keterbukaan pada tempat pertunjukan koreografi Radap Rahayu dapat dilihat oleh penonton dari berbagai arah. 
Pada masa sekarang, tari Radap Rahayu atau sering disebut dengan tari Tapung Tawar mengalami keberlanjutan dan perkembangan dengan diadakan festival-festival tari tradisional, sebagai salah satu pelestarian dari kesenian daerah Banjar. Pengenalan dan latihan-latihan di setiap sanggar dengan materi ajar tari Tapung Tawar ini. Pada hal waktu masa Pangeran Hidayat Bangsawan Banjar hanya untuk para Bangsawan Banjar saja sehingga belum masuk ke masyarakat umum diluarnya. Namun sekarang, dengan berangsur-angsur hilangnya kerajaan Banjar di Kuin dan lambat laun hilangnya keturunan Bangsawan-bangsawan Banjar, yang disebabkan meninggal maupun pergi dari Banjar untuk menetap diluar Banjar, maka tari Radap Rahayu mulai dipelajari oleh masyarakat sekitar lingkungan kerajaan Banjar dan sampai akhirnya tari ini menyebar ke seluruh Kalimantan Selatan.
Sebuah tarian tentunya tidak terlepas dari ragam-ragam gerak yang ada pada tarian tersebut. Nama-nama ragam tari dalam Radap Rahayu diantaranya :
a.      Limbai Kisar              
Lari ditempat dengan tumit diangkat (jingkit), badan turun naik. Tangan kanan diayun keatas dengan tapak tangan menghadap keatas, badan naik kemudian turunkan tangan dengan membawa punggung tapak tangan badan turun, lalu badan naik lagi tangan diayun keatas arah kekanan dengan mendahulukan punggung tangan. Gerakan diulang ditempat, maju atau mundur.

b.      Duduk dungkul persembahan            
Posisi awal : duduk pada tumit, tangan tapaknya ditangkupkan ( ditemukan) didepan dada, ini untuk wanit. Kalau laki-laki duduk pada satu tumit, dan kaki satunya/ diangkat dengan tapak kakinya menapak pada lantai dengan tumit sedikit diangkat.

c.       Lontang, Lontang setengah, setengah lontang
Posisi awal : kaki kanan didepan dengan tapak kaki serong kekanan dan lutut sedikit ditekukkan. Kaki kiri dibelakang dengan tapak kaki serong kekiri dengan lutut sedikit menekuk (berat badan pada kaki belakang), bahu tegap sedikit ditarik kebelakang. Tangan kanan disamping badan sedikit menekuk dan tapak tangan memegang pertengahan paha. Sedang tangan kiri menekuk siku disamping badan dengan punggung tapak tangan berada pada pinggul. Posisi awal tersebut juga bisa sebaliknya yaitu dengan posisi aki kiri didepan.

d.      Kangkung limbai
Gerakan Kangkung Limbai ini bisa digerakkan ditempat dan bisa pula berjalan. Jadi kalau kaki kiri dilangkahkan tangan diayun kekiri tapi kalau kanan yang dilangkahkan maka ayunan dilakkukan kekanan.
e.       Tarbang
Gerakan ini biasanya digerakkan sebelum kijik. Kedua tangan direntangkan, badan tegap dan kedua kaki sejajar dan lurus. Gerakan kaki kanan kedepan dengan mendahulukan tumit (hit.1), tumit seakan dilempar kedepan. Kemudian tumit tadi digeser kebelakang dan majukan kaki belakang sejajar dengan kaki depan (hit.2). waktu menggerakkan kaki depan badan badan sedikit turun dan naik kembali waktu kaki depan dilangkahkan. Gerakan ini dilakukan dua kali,kemudian angkat kaki kanan (pahanya) dan badan sedikit turun, selanjutnya tapakkan kaki itu kembali dan badan terus diturunkan dan kaki keduanyanya menekuk kedepan serta kedua tangan menekuk siku didepan badan dengan tapak tangan kiri keluar arah kiri juga tapak tangan kanan siukkan (putarkan) kekiri terus berbalik dan badan dinaikkan, kembali pada kedudukan badan seperti mula mau menggerakkan gerak terbang.

f.        Lagurih  
Seperti gerakan kedua tangan arah kedepan lurus sambil memindahkan berat badan sedikit kedepan miring. Kemudian putarkan tapak tangan sambil melangkahkan kaki dan ayunkan atau limbaikan tangan kebelakang disamping badan (tangan dimana kaki yang dimajukan ). Misalnya kaki kanan yang dimajukan maka yang dilimbaikan tangan kanan.

g.      Tapung tali
Kedudukan kaki pada kedudukan dasar (posisi awal). alihkan posisi tangan dengan keduanya menekuk (bengkok) didepan badan, belakang tapak tangan ditemukan, kalau kaki kiri yang didepan maka tangan kanan yang diatas. Gerakan diatas dilakukan dengan menggerakkan bahu kanan arah kekiri (miring). Kemudian gerakan bahu pada posisi semula dengan membuka tangan mengikuti gerakan bahu dengan posisi tangan kanan menekuk siku arah keatas dengan tapak tangan tangan menekuk kedalam sedangkan tangan kiri dibawa kesamping badan arah kebawah lurus. ( catatan kecil Rustam A.A).
            Kostum atau busana yang dikenakan oleh penari, apabila dicermati, menunjukkan berbagai macam informasi tekstual dan kontektual. Pada satu sisi, penggunaan busana penari mempertimbangkan keindahan visual yang berhubungan dengan ekspresi gerak penari, desain keruangan, dan efek penikmatan bagi penonton. Busana tari, selain untuk penutup tubuh penari, berfungsi untuk menguatkan espresi gerak penari dan desain keruangan yang dibentuk melalui elemen-elemen garis, warna, kualitas, tektur, dan dekorasi. Kostum yang baik harus menunjang dan disesuaikan dengan frekuensi dan jangkauan keindahan ekspresi gerak penari.
Busana tari yang baik bukan sekedar berguna sebagai penutup tubuh penari, tetapi merupakan pendukung desain keruangan yang melekat pada tubuh penari dan menopang gerakan penari. Busana tari mendukung penciptaan citra-citra ruang tari yang dibentuk melalui elemen-elemen garis, warna, kualitas, tekstur, dan dekorasi. Busana tari pun perlu mempertimbangkan keindahan visual yang dapat dinikmati oleh penonton yang melihatnya, pada prinsipnya kostum harus enak dipakai dan sedap dilihat oleh penonton.
Busana Radap Rahayu, sebagai sebuah seni tradisi, tidak luput dari penandaan sebuah lokus budaya di wilayah mana tari ini tumbuh dan berkembang. Busana Radap Rahayu tidak bisa dipisahkan dengan kebudayaan Suku Banjar-Jawa-Melayu yang tumbuh dan berkembang di Banjarmasin. Dengan Busana baju Layang[1] dan tapih [2]Banjar dibawahnya, serta selendang dikalungkan dileher. Pada sisi lain, busana tari dapat menampilkan ciri-ciri khas suatu bangsa atau daerah tertentu. Busana baju layang yang mendominasi ke Melayuan dalam busananya. Di dalam tari tradisi, busana tari sering berupa pakaian adat atau pakaian khas daerah yang kemudian ikut menentukan pencitraan ciri khas tari tradisi dari daerah tersebut. Tetapi di Banjarmasin busana atau kostum tari khususnya Radap Rahayu terjadi akumulasi antara budaya Melayu, budaya Jawa dengan suku Banjar itu sendiri, sehingga mencirikan busana tari sebagai sebuah identitas suku Banjar.
Fungsi tatarias sebenarnya bukan sekedar “pembungkus” tubuh penari atau sekedar alat untuk mempercantik wajah. Tata rias memiliki fungsi lain untuk membuat atau mengekspresikan sebuah karakter dan memberikan identitas budaya bagi tarian yang bersangkutan, memperlihatkan dari lingkungan budaya dimana tarian tersebut berasal. Pencahayaan dalam tari Radap Rahayu tidak menekankan pada pencahayaan yang khusus, namun apabila Radap Rahayu dipentaskan di panggung misalnya disaat festival tari daerah biasanya memakai pencahayaan yang sedikit redup atau tata cahayanya tidak begitu terang, untuk menjadikan pertunjukan Radap Rahayu lebih mendapatkan rasanya. Dalam Radap Rahayu, mempergunakan properti sebuah Cupu (bokor : Jawa) kuning, yang didalamnya diberi bunga mawar warna warni untuk disebarkan, hal ini dapat dianalisa dengan adanya gerak tabur bunga di dalam struktur penyajian ragam geraknya. Sehingga Fungsi tari Radap Rahayu memiliki ciri khas yang selalu beradaptasi terhadap lingkungannya.  
Paling tidak ada beberapa faktor pemicu yang menyebabkan tari Radap Rahayu  masih bisa tetap bertahan hingga kini. Pertama, adanya kedekatan antara bentuk penyajian tari Radap Rahayu dengan nilai ekonomi, nilai agama, nilai sosial dan nilai keseharian masyarakat dalam setiap lapisannya. Dengan melihat tari Radap Rahayu, masyarakat Banjarmasin seolah-olah menyaksikan dirinya dan komunitas sukunya. Kedua, adanya penyesuaian kondisi saat ini, seperti selera dan motivasi masyarakat yang selalu beradaptasi dengan perkembangan zaman yang modern. Perubahan sistem dan orientasi estetik yang banyak dipengaruhi oleh seni-seni kemasan yang bersifat hiburan berakibat keberlanjutan tari Radap Rahayu dapat berjalan Ketiga, adanya penyesuaian kreatif berupa penambahan gerak, modivikasi kostum dan rias dengan menambah ornamentasi dan kebebasan waktu, tempat pertunjukan, memberi peluang untuk tumbuh dan berkembangnya tari Radap Rahayu. Sehingga masyarakat, terutama generasi muda, antusias untuk mempelajari, dan menyaksikan pertunjukan hingga selesai. Keempat, adanya pendekatan terhadap generasi muda yang masih mempunyai motivasi dalam mempelajari tari Radap Rahayu. Artinya terjadi pelatihan-pelatihan baik yang bersifat formal (program pemerintah daerah, lembaga seni dan lembaga non seni) dan non formal terkait dengan latihan-latihan yang digagas oleh masyarakat Banjar. Kelima, adanya latihan rutin yang dibungkus dengan medium agenda setiap satu bulan sekali sehingga mereka masih tetap bisa mengembangkan model tampilan agar penonton tidak selalu disuguhi dengan sajian yang sama.
Dari uraian diatas, semua usaha adalah kreativitas dalam menyikapi tari Radap Rahayu ke arena ruang publik menampung segala lapisan masyarakat. Kesadaran dari para seniman yang selalu bertahan dan tidak ingin berharap pada “birokrat kesenian”.

III. Kesimpulan dan Saran
A. Kesimpulan
Tari Radap Rahayu sebagai salah satu bentuk ekspresi seni budaya, yang dituangkan melalui kerja kreatif berupa; ragam gerak, kostum, property tari, pola lantai yang memiliki ciri khas identitas masyarakat Banjarmasin. Perubahan dan keberlanjutan tari Radap Rahayu mengalami fase perubahan dari waktu  ke waktu.
Proses keberlanjutan dan perubahan tari Radap Rahayu di picu dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal, pertama dari regenerasi para pelaku sampai hari ini masih terus terjadi, kedua kelompok seni masih berupaya melakukan pelestarian dengan mempelajari tari Radap Rahayu, ketiga para seniman yang ada di Banjarmasin masih tetap menjadikan tari Radap Rahayu sebagai sumber inspirasi dalam penggarapan karya tarinya. Artinya reinterpretasi pada tekstual tari Radap Rahayu menjadi sangat penting dalam pembentukan makna dan simbol karya lainnya.
Faktor Eksternal yaitu pemerintah daerah atau lembaga non seni lainnya seperti lembaga adat, lembaga pendidikan masih tetap mendorong, memberdayakan tari Radap Rahayu untuk tetap eksis dalam lingkungan masyarakat Banjarmasin. Faktor pemicu atau dorongan ini memberikan aktivitas sosial kultur dan aktivitas estetis para pelaku seni, untuk terus berlangsung tanpa terhenti sampai hari ini. Tentunya dengan kondisi masyarakat tersebut keberlanjutan dan eksistensi tari Radap Rahayu berpeluang untuk tetap eksis walau bergesernya fungsi ritualnya. Perubahan fungsi tersebut muncul dalam suatu ruang sosial yang bersifat terus menerus. Bentuk tektual yang terkait dengan kontekstual merupakan satu kesatuan dalam komposisi memberikan tekanan pada nilai nilai sosial, nilai ekonomi, nilai politik dan memberi nilai religi relatif lentur dan tidak statis.
Kontinuitas dan perubahannya pada tari Radap Rahayu merupakan suatu proses waktu panjang, berawal dari kebudayaan masyarakat Banjarmasin tumbuh sampai saat ini era moderen. Kontuinitas pada struktur tekstual dapat di lihat dari bentuk gerak yang lebih kompleks, kontum yang lebih dinamis, waktu dan tempat yang lebih lentur dan bentuk penyajian tari Radap Rahayu. Hal ini terkait dengan orientasi kebutuhan masyarakat dalam lingkungan hidupnya, yang terus berproses dan melakukan interaksi yang intens pada kebudayaan lain. Berbagai perubahan fungsi yang ada salah satunya, sebagai tari Tapung Tawar, yaitu berfungsi untuk menghilangkan hal-hal yang mengganggu kehidupan masyarakat Banjar atau tolak bala menjadi sekuler dan menghibur.
Keberlanjutan eksistensi Tari Radap Rahayu merupakan integral dari dinamisasi kehidupan masyarakat Banjar terus mengalami perubahan fungsi yaitu; ritual, sosial, adat sampai sekuler dan hiburan. Oleh karena eksistensinya dan keberlanjutan tari Radap rahayu sampai hari ini sangat didukung oleh masyarakat Banjar itu sendiri. Dengan demikian proses keberlanjutan dan perubahan pada tari Radap Rahayu ditentukan oleh masyarakat pendukungnya. Artinya tari Radap Rahayu tidak terlepas dari masyarakat dengan segala aktivitas budayanya seperti; mencipta, menularkan, dan mengembangkan tari Radap Rahayu.

B. Saran
Apapun alasannya, lembaga pendidikan tidak hanya bertanggungjawab untuk menciptakan manusia menjadi pintar alias punya keahlian dan ketrampilan, akan tetapi memproses manusia menjadi manusia berpendidikan yang bertujuan untuk memanusiakan  manusia, mensosialisasikan manusia dan membudayakan manusia. Pada akhirnya ketrampilan dan keahlian output mudah diterima, dicerna dan dipraktekkan oleh masyarakat luas dimana mereka mengabdi. Itulah yang disebut dengan “pembangunan, pemberdayaan dan pencerdasan melalui pendekatan berdasarkan budaya masyarakat setempat” khususnya di Banjarmasin.


[1] Baju Layang adalah bentuk baju atasan  yang memiliki lengan panjang dengan terbelah sepertiganya yang diberi ornamentasi /corak burung.
[2] Tapih /Bahalai = Banjar (jarit = Jawa)  : kain yang berukuran panjang 3meter, dan berhiaskan manik-manik motif Khas Banjar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar