Senin, 26 Desember 2011

Kalimantan Scientiae Vol.April 2010 Lembaga Penelitian Unlam

PERUBAHAN TARI RADAP RAHAYU SEBAGAI SARANA RITUAL MENJADI SARANA PERTUNJUKAN HIBURAN DI BANJARMASIN
KALIMANTAN SELATAN


Edlin Yanuar  Nugraheni, S.Sn., M.Sn
Tenaga Pengajar Program Studi Sendratasik UNLAM


Abstract
                Changes in the form of dance performance as a means Radap Rahayu Tapung Tawar ceremony in the context of a form of dance entertainment. Changes in shape, can be seen on the element of movement, music, fashion and make-up.
            Radap Rahayu dance forms as a means of Fresh Tapung Tawar ceremony amounted to 11 range of motion, the opening song were sung prior to compulsory dance show Radap Rahayu. musik player five people. Floor pattern in front of dancers who Tapung Tawar offered. Radap Rahayu dance forms as a means of song, the amount depending on the creativity of music players, and adjusted to the demand pattern of the floor.
            The alteration of fungsion, form and is caused by internal and external factors. The internal factors made by the artist (Banjar tribal socienties), while external factors are changes that are influenced by the Islamic religion, technology, and government (Taman Budaya).
  The series contained in the range of motion of dancers-dance variety in it like Limbai kisar, duduk dungkul persembahan, lontang, kangkung limbai, tarbang, lagurih, and tapung tali. Rhythm solemn, majestic, and resigned causing aesthetic taste of a dancer, a sense of motion of a dancer, and floor patterns.
             Kite Clothing and tapih motive Banjar, Banjar is an ethnic peculiarity which is retained by the people of Banjar in dance costumes Radap Rahayu. Banjar typical music as a dance accompanist Radap Rahayu, including; baboons, panting, flute, Gong, Rebana, and added a violin as the sound reinforcement hoops.

Key words: Dance Radap Rahayu, changes, Banjarmasin.


Pendahuluan
            Tari Radap Rahayu, tumbuh dan berkembang dalam kebudayaan suku Banjar yang hidup di Banjarmasin Kalimantan Selatan. Tari Radap Rahayu adalah tari ritual di Banjarmasin. Radap Rahayu diambil dari arti beradap adap yang artinya bersama sama, secara berkelompok atau lebih dari satu. Rahayu adalah galuh wan bungas ( Idehem,dkk. 2005 : 245) yang cantik. Sehingga Radap Rahayu adalah wanita atau galuh yang cantik berkelompok atau bersama-sama. Dengan demikian, bagi masyarakat setempat Radap Rahayu di Banjarmasin dimaknai sebagai bidadari yang turun ke bumi secara berkelompok, hendak menolong siapapun yang minta pertolongan. Saat ini tari tersebut telah mengalami perubahan fungsi ritual menjadi fungsi hiburan. Perubahan ini tentu saja adalah kenyataan yang menarik untuk diamati. Alasannya adalah, perubahan dalam cara memfungsikan produk budaya dapat menjadi cermin perubahan budaya. Jika fungsi tari Radap Rahayu berubah, artinya ada perubahan dalam kompleksitas kebudayaan Banjarmasin. Perubahan kebudayaan ini tentu saja didorong oleh kondisi masyarakat Banjarmasin yang berubah pula. Dengan demikian, mengamati perubahan yang terjadi pada tari Radap Rahayu, secara tidak langsung berusaha membaca jaringan pola pikir pada masyarakat pengikutnya. Pada konteks ini Radap Rahayu adalah “kode” dalam membaca dinamika kebudayaan masyarakat yang bersangkutan. Tidak jauh berbeda dengan daerah lain, selain tari Radap Rahayu, Kota Banjarmasin juga memiliki kesenian tradisional yang beragam, mempunyai corak, dan bentuk berbagai variatif. Kesenian ini hingga kini masih mampu bertahan. Kesenian merupakan kekayaan budaya bangsa Indonesia yang tumbuh dari masyarakat, dan hidup serta dikembangkan oleh masyarakat tempat kesenian itu berada. Kesenian sebagai kekayaan budaya bangsa yang tidak ternilai harganya perlu dilestarikan, dan dikembangkan.
            Perubahan adalah realitas yang bisa selalu terjadi dalam setiap kebudayaan suatu masyarakat. Asumsi dasar dari perspektif perubahan masyarakat bahwa, sebuah hal dapat dianggap berubah jika muncul sebuah wujud baru dari wujud yang lama  (Sairin Sjafri, 2002 : 47). Wujud baru tersebut meskipun memiliki beberapa unsur dari yang lama, namun berbeda dari yang lama. Dalam hal ini, konsep perubahan harus dibedakan dengan konsep perkembangan. Di dalam konsep perubahan, wujud baru harus dipahami sebagai pengganti wujud yang lama.
            Dengan demikian, keberadaan wujud yang lama sudah tidak ditemukan lagi, karena sudah ada yang baru. Sementara, di dalam konsep perkembangan, wujud yang baru berdampingan dengan wujud yang lama, yang masih tetap ada. Artinya, satu wujud meneruskan yang lama, sementara satu wujud yang lain memiliki wajah yang baru. Dengan demikian, pada dasarnya perubahan dan perkembangan hampir serupa ditinjau dari esensinya, yaitu adanya gerak atau dinamika yang menghasilkan wujud baru.
Metode Penelitian
Substansi penelitian mencangkup permasalahan faktor-faktor terjadinya perubahan fungsi tari Radap Rahayu sebagai upacara tapung tawar (tolak Bala) menjadi seni pertunjukan dan aspek yang membedakan antara tari Radap Rahayu sebagai kegiatan upacara tapung tawar dengan tari Radap Rahayu sebagai seni pertunjukan. Salah satu metode yang harus digunakan adalah mencari data masa lampau yang berupa foto-foto digunakan sebagai rujukan perbandingan. Data masa lampau dapat dilacak melalui penelitian lapangan dan penelitian perpustakaan.
Permasalahan yang menjadi perhatian peneliti, yaitu mengenai faktor-faktor perubahan dan aspek yang membedakan antara tari Radap Rahayu sebagai sarana upacara dan tari Radap Rahayu sebagai sarana hiburan/pertunjukan, maka data penelitian ini didapat melalui studi lapangan dari nara sumber yang mengetahui tentang seluk beluk tari Radap Rahayu maupun sebagai seniman tari, yakni A.A Rusman seorang penari tari Klasik Banjar, ulama,  budayawan setempat yaitu Sariffudin seorang motifator dan penggagas rekontruksi tari Radap Rahayu, tokoh masyarakat yang dapat memberikan informasi tentang tari tersebut, serta pejabat pemerintah yang berkaitan dengan urusan kesenian di daerah Kota Banjarmasin. Selain melalui observasi, data akan dapat diperoleh melalui wawancara, yaitu wawancara terarah, dan wawancara tidak terarah (Sedyawati, 1984 : 119). Selanjutnya untuk mengetahui pokok persoalannya penulis akan melakukan wawancara mendalam. Metode wawancara adalah mencangkup cara yang dipergunakan untuk tujuan atau tugas tertentu guna mendapatkan informasi dari informan dengan bercakap-cakap dan berhadapan muka dengan orang tersebut (Koentjaraningrat, 1997 : 139). Makna konsep tersebut adalah wawancara yang difokuskan dalam penggalian data yang relefan dengan obyek yang diteliti.
Studi perpustakaan akan dilakukan dalam upaya mencari sumber-sumber tertulis didapat dari Arsip daerah Kalimantan Selatan, buku-buku yang terkait dengan obyek peneliti, internet di web-side kesenian daerah Kalimantan Selatan, makalah-makalah terutama yang berhubungan dengan permasalahan.
Lokasi
Kota Banjarmasin adalah ibukota Propinsi Kalimantan Selatan. Didalam Kota Banjarmasin, yang tepatnya dengan sebutan seribu sungai merupakan lalulintas dagang bagi para pendatang baik dari hilir maupun hulu. Di Kota Banjarmasin masih terdapat orang Banjar asli dan campuran.
Tari Radap Rahayu merupakan salah satu bentuk tari yang memiliki makna tolak bala dan bersifat ritual bagi masyarakat Banjarmasin. Radap yang berarti bersama, Rahayu yang berarti kebahagiaan, kemakmuran, kesenangan, oleh karena dalam menari untuk mencapai kebahagiaan atau tujuan dengan ditarikan dalam kebersamaan atau jumlah penari lebih dari satu (wawancara, A.A. Rustam, 28 Oktober 2008).  Tari Radap Rahayu merupakan salah satu jenis tari tapung tawar yang dilakukan pada upacara-upacara tolak bala, seperti pada kehamilan, perkawinan, dan kematian. Tari Radap Rahayu ini keberadaannya sangat dikenal bukan hanya di Banjarmasin namun seluruh Kalimantan Selatan.
 Munculnya tari Radap Rahayu pada tahun 1928 yang digali oleh Ki Amir Hasan Bondan di Banjarmasin (wawancara, A.A Rustam).  Munculnya tari Radap Rahayu yang tergolong sebagai tari Klasik yang pada sisi lain masih menunjukkan keritualannya diantara sebagian bentuk pertunjukannya dipakai untuk tujuan tertentu. Hal tersebut tidak dapat dilepaskan dari ikatan budaya masa lalu yang menempatkan dan memfungsikan tari Radap Rahayu tersebut dalam upacara tolak bala oleh masyarakat setempat.
Tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan mengkaji tentang tari Radap Rahayu di Banjarmasin dengan mendiskripsikan tari Radap Rahayu sekarang. Gambaran tentang tari Radap Rahayu dapat dipahami melalui bentuk pertunjukan tari Radap Rahayu sebagai tapung tawar dan tari Radap Rahayu didalam cerita/maknanya, selain itu juga ingin mengetahui implikasi tari Radap Rahayu sebagai tari Tapung tawar terhadap masyarakat Banjarmasin. Dari hasil penelitian dapat dilihat manfaat secara teoritis dan praktis. Secara teoritis, penelitian ini dapat menunjukkan bahwa tari Radap Rahayu dapat dipentaskan di acara apa saja, kapan saja, dimana saja dan kostum serta propertinya bisa berbeda. Diharapkan penelitian ini akan menambah khasanah teoritis seni tari lokal secara praktis khususnya (1) bagi peneliti dan pemerhati penelitian ini dapat memberikan informasi ilmiah yang dapat dipakai sebagai pijakan untuk melakukan studi lanjutan yang lebih mendalam khususnya tentang tari Radap Rahayu sebagai tari tapung tawar, (2) bagi para penentu kebijakan, penelitian ini dapat memberikan sumbang saran mengenai kebijakan-kebijakan yang lebih memperhatikan aspek seni tari terutama tari Radap Rahayu, khususnya yang berkaitan langsung dengan kesenian tari Klasik Banjar.
Hasil dan Pembahasan
Dasar Perubahan
Seni Pertunjukan tradisional di Indonesia berangkat dari kondisi tempat ia tumbuh dalam lingkungan-lingkungan etnik yang berbeda satu sama lain. Keberlangsungan dari suatu kesenian akan ditentukan oleh lingkungan-lingkungan etnik seperti dalam tata-cara (adat) yang merupakan hasil kesepakatan bersama secara turun temurun berkenaan dengan perilaku. (Sedyawati, 1981 : 52).
Kesenian merupakan hasil kreativitas budaya yang hidup dan berkembang di lingkungan masyarakat, kesenian tradisional tumbuh sebagai bagian dari lingkungan kebudayaan masyarakat. Ia lahir sebagai refleksi pandangan hidup, tata-masyarakat, dan agama atau kepercayaan yang lebur menjadi satu totalitas. (Umar Kayam, 1981 : 60-61)
Standar nilai dari seni sebagian besar ditentukan oleh tradisi budaya setempat. Setiap masyarakat memiliki standar budaya melalui perwujudan produk seninya. Standar itu baik yang jelas maupun yang samar-samar dapat dikatakan sebagai estetika (rasa keindahan) masyarakat tersebut.
Bagi pendatang, untuk dapatnya mengetahui dasar estetika seni pada masyarakat tertentu, ia harus mendapatkan atau memiliki kesadaran akan esensi estetika dari seni tersebut. Pendatang tidak akan pernah dapat menghayati obyek seni seperti sang penciptanya atau seperti yang dihayati oleh anggota masyarakat dari obyek itu diciptakan (Sachari Safri, 1989 : 2).
Berbagai teori seni dan keindahan banyak ditulis orang yang pada dasarnya berisikan sama, dan dari subyek atau penciptanya yang berkaitan dengan proses kreatif dan filosofinya (Soedarsono, 1990 : 36). Sebagai contoh keindahan menurut Imanuel Kant. Kant menuliskan bahwa keindahan dalam arti subyektif adalah yang memberi kesenangan tanpa pamrih dan kegunaan praktis bagi penikmatnya. Dalam arti obyektif adalah yang sesuai dengan tujuan tanpa adanya konsep-konsep tertentu  (Sutrisno, 1993 : 47). Selain itu Kant juga menekankan akan pentingnya penilaian dalam pembicaraan tentang keindahan. Sejalan dengan itu, Soedarsono menjelaskan bahwa dalam estetika, tidak hanya diselidiki hasil dari produk-produk seni, akan tetapi meliputi proses dan kemampuan- kemampuan yang terkait dalam penciptaan, penggunaan, penikmatan, penghayatan, serta penilaian (Soedarsono, 1977 : 22).
Bentuk Gerak dan Sikap
Seperti halnya pada tarian keraton/kerajaan lainya, ciri gerakan tari Radap Rahayu adalah gerak-gerak tari kerajaan Banjar. Perwujudan gerak tarinya sangat berkaitan dengan kegiatan atau peristiwa berdasar konteksnya. Vokabuler gerak dibuat untuk memberikan aksen dari peristiwa adat yang khas dari suku ‘Banjar ‘ atau Pesisir yang menyebut dirinya sebagai turunan orang  Banjar asli. Penghayatan tarian semacam ini tentunya terbatas pada wilayah adat yang mendasarinya.
Berdasar wujudnya, apabila diamati bentuk-bentuk gerak tari Radap Rahayu tidak berbeda jauh dengan bentuk gerak tarian Banjar pada umumnya. Hanya gaya penyajian geraknya yang kental memberikan ciri khas etnis kerajaan Banjar yang sesuai dengan irama hidup masyarakat Banjar. Kerajaan Banjar secara holistik mendapat pengaruh dari kerajaan Mataram Jawa, Bugis, dan Melayu, sehingga tarian masyarakat Banjar di setiap daerah terlihat akulturasinya dari bentuk gerak dan irama Jawa dan Melayu. (Idehem,dkk. 1978 : 203). Dalam sejarah, tahun 1928 muncul tari Radap Rahayu diciptakan oleh Pangeran Hidayatullah (Pangeran Hidayat), seorang Bangsawan Banjar. Kemudian digubah lagi oleh Seniman Banjar yaitu Kyai Amir Hasan Bondan, dan sampai sekarang masih dilestarikan oleh masyarakat Banjar.
Kemiripan tatanan tari antara daerah satu dengan lainnya tidak terlepas dari latar belakang sejarah keberadaannya. Tari secara keseluruhan ditandai oleh ciri umum yang sama, seperti yang dikemukakan oleh Edi Sedyawati :
sikap dada yang tegap, langkah-langkah yang tenang terukur, gerak-gerak lengan dengan variasi arah yang luas tetapi dengan posisi stabil pada siku, gerak yang serba halus tertahan, gerak-gerak leher yang terolah dalam berbagai variasi, penggunaan selendang untuk memperluas kemungkinan bentuk, serta tarikan wajah yang tidak “dimainkan” tanda dari tarian (Sedyawati, 1981 : 3).
Tari Radap Rahayu ditarikan oleh remaja putri, jumlah penari yang biasanya terdiri dari tiga orang, namun kadang ditarikan lebih dari tiga. Dalam tari Radap Rahayu para penarinya menggunakan baju Layang yaitu bagian bahu terbelah. Dimana untuk Kostum tari Radap Rahayu merupakan kostum dari para remaja putri kerajaan Banjar. Properti dalam  tari Radap Rahayu yaitu sebuah cupu kecil (bokor : bahasa Jawa) yang berisi bunga mawar merah dan putih yang nantinya ditaburkan sebagai simbol menghilangkan hal-hal yang tidak baik dalam diri orang disekitarnya atau yang melihat tari Radap Rahayu tersebut. Sajian tari Radap Rahayu diawali sembahan dan diakhiri oleh sembahan.
Sebuah tarian tentunya tidak terlepas dari ragam-ragam gerak yang ada pada tarian tersebut. Nama-nama ragam tari dalam Radap Rahayu diantaranya : Limbai Kisar ,Duduk dungkul persembahan, Lontang, Lontang setengah, Kangkung limbai, Tarbang, Lagurih ,Tapung tali
Didalam pertunjukan tari Radap Rahayu, dimainkan beberapa alat musik. Diantara :
1.      Terbang/rebana                              2 buah
2.      Biola                                              1 buah
3.      Seruling                                         1 buah
4.      Panting                                          2 buah
5.      Gong                                             1 buah
6.      Babun                                            1 buah

Syair lagu tari Radap Rahayu
Dangar-dangar kami bahiau, Dangar-dangar kami manyaru,
Ikam turun dikukus manyan, Ikam turun di kukus dupa.
                                    Dangar-dangar kami bahiau, Dangar-dangar kami manyaru,
                                    Ikam turun jangan saurangan, Bawa-I kawan nang sarasi.
Kami mainjam tangan nang dinginan, Mamapai pusaka nang badatu,
Ikam turun jangan saurangan, Bawa-I kawan nang sarasi.
                                    Tampurung dibawah batu, Ikam turun baranak bacucu,
Sampailah baminantu, Rukui rahayu didalam nagari,

                                                (Hermanto, 12 Maret 2010)

Nilai Estetis  
Dari paparan tentang seni dan keindahan, umumnya dapat dikatakan bahwa (tari) adalah sesuatu yang dapat memberi kepuasan batin. Semua gerak tari yang memberikan kepuasan batin disebut indah. Gerak-gerak yang halus (lembut), keras, kasar, kuat, gerakan yang penuh dengan tekanan-tekanan, ataupun pada gerakan yang aneh sekalipun dapat merupakan gerak yang indah ( Soedarsono, 1977 : 16).
Dalam bentuk sajian tari Radap Rahayu terdapat berbagai bentuk sikap dan gerak yang dimulai dari bagian kaki, torso (tubuh), kaki, hingga tangan. Umumnya frase-frase geraknya cenderung bersifat representasional. Sedangkan pola-pola gerak didorong pada pola gerak  tarian Pesisiran yang umumnya dapat dicermati dalam setiap tari di Banjarmasin.
Apa yang sebenarnya dipelajarkan oleh setiap tari di Kalimantan Selatan yang dicermati khususnya pada Pesisiran. Terlihat iramanya pelan, mengalun. Alat musiknya : babun, rebana, seruling, gong, panting, biola. Juga terlihat saat  awalan dan akhir yang bergerak cepat dengan mengibas-ibaskan sampur. Pada bagian lain terdapat tarian menabur bunga dengan gerakan tangan kanan memegang cupu kecil dan tangan kiri mengambil bunga dan menabur- nabur dengan memutar- mutar. Dalam perwujudannya, seruling dan panting dipakai sebagai permainan melodi. Babun dan gong sebagai instrument pemberi irama, rebana sebagai pemercepat irama atau instrument pembangkit. Biola sebagai penguat melodi dari panting agar lebih jelas atau keras.
Komposisi gerak pada tari Radap Rahayu, sangat variatif. Dari memanjang, bentuk  V, melingkar, diagonal, dan sebagainya. Komposisi pertama dalam bentuk gerak masuk adalah berlari kecil-kecil melingkar dan tangan bergerak seperti menabur-nabur sesuatu dengan menggunakan selendang. Mengawalinya tari Radap Rahayu gerak sembahan dengan bentuk gerak-gerak lainya, pada posisi duduk timpu setelah meletakkan cupu didepan lutut. Komposisi gerak ditengah dengan menaburkan bunga, dan diakhiri dengan sembahan juga lalu gerakan sama lari kecil-kecil dengan melambai-lambaikan selendang lalu keluar.
Dimana letak nilai estetika tari Radap Rahayu ?  dalam hal ini tentunya pada perangkaian bentuk ragam gerak, irama gerak penari, dan rasa tarian. Yang kesemuannya terintegrasi pada struktur penyajiannya serta pada elemen-elemen lain seperti rias dan busana. Dengan demikian, untuk menilai keindahan tari Radap Rahayu bukanlah dari bagian perbagian, akan tetapi menilainya harus secara holistik (keseluruhan). Seperti halnya Jakob Sumardjo (2006) berpendapat bahwa nilai sebuah estetika seni adalah nilai estetika yang dialami, baik estetika yang berada didalamnya (intrinsik) maupun nilai estetika yang berada di luar (ekstrinsiknya). Sehingga dalam memandang sebuah tari Radap Rahayu secara menyeluruh melihatnya, rasa dari penari itu sendiri yang lebih utama.
Kostum atau busana yang dikenakan oleh penari, apabila dicermati, menunjukkan berbagai macam informasi tekstual dan kontektual. Pada satu sisi, penggunaan busana penari mempertimbangkan keindahan visual yang berhubungan dengan ekspresi gerak penari, desain keruangan, dan efek penikmatan bagi penonton. Busana tari, selain untuk penutup tubuh penari, berfungsi untuk menguatkan espresi gerak penari dan desain keruangan yang dibentuk melalui elemen-elemen garis, warna, kualitas, tektur, dan dekorasi. Kostum yang baik harus menunjang dan disesuaikan dengan frekuensi dan jangkauan keindahan ekspresi gerak penari.
Busana tari yang baik bukan sekedar berguna sebagai penutup tubuh penari, tetapi merupakan pendukung desain keruangan yang melekat pada tubuh penari dan menopang gerakan penari. Busana tari mendukung penciptaan citra-citra ruang tari yang dibentuk melalui elemen-elemen garis, warna, kualitas, tekstur, dan dekorasi. Busana tari pun perlu mempertimbangkan keindahan visual yang dapat dinikmati oleh penonton yang melihatnya, pada prinsipnya kostum harus enak dipakai dan sedap dilihat oleh penonton.
Busana Radap Rahayu, sebagai sebuah seni tradisi, tidak luput dari penandaan sebuah lokus budaya di wilayah mana tari ini tumbuh dan berkembang. Busana Radap Rahayu tidak bisa dipisahkan dengan kebudayaan Suku Banjar-Jawa-Melayu yang tumbuh dan berkembang di Banjarmasin. Dengan Busana baju layang ( Baju layang adalah bentuk baju atasan  yang memiliki lengan panjang dengan terbelah sepertiganya yang diberi ornamentasi /corak burung) dan tapih bahalai (jarit = Jawa)  : kain yang berukuran panjang 3meter, dan berhiaskan manik-manik motif Khas Banjar.
Banjar dibawahnya, serta selendang dikalungkan dileher. Pada sisi lain, busana tari dapat menampilkan ciri-ciri khas suatu bangsa atau daerah tertentu. Busana baju layang yang mendominasi ke Melayuan dalam busananya. Di dalam tari tradisi, busana tari sering berupa pakaian adat atau pakaian khas daerah yang kemudian ikut menentukan pencitraan ciri khas tari tradisi dari daerah tersebut. Tetapi di Banjarmasin busana atau kostum tari khususnya Radap Rahayu terjadi akumulasi antara budaya Melayu, budaya Jawa dengan suku Banjar itu sendiri, sehingga mencirikan busana tari sebagai sebuah identitas suku Banjar.
Fungsi tatarias sebenarnya bukan sekedar “pembungkus” tubuh penari atau sekedar alat untuk mempercantik wajah. Tata rias memiliki fungsi lain untuk membuat atau mengekspresikan sebuah karakter dan memberikan identitas budaya bagi tarian yang bersangkutan, memperlihatkan dari lingkungan budaya dimana tarian tersebut berasal. Pencahayaan dalam tari Radap Rahayu tidak menekankan pada pencahayaan yang khusus, namun apabila Radap Rahayu dipentaskan di panggung misalnya disaat festival tari daerah biasanya memakai pencahayaan yang sedikit redup atau tata cahayanya tidak begitu terang, untuk menjadikan pertunjukan Radap Rahayu lebih mendapatkan rasanya. Dalam Radap Rahayu, mempergunakan properti sebuah Cupu (=bokor : Jawa) kuning, yang didalamnya berisi bunga mawar (warna merah, putih, dan kuning) untuk ditaburkan, hal ini dapat dianalisa dengan adanya gerak tabur bunga di dalam struktur penyajian ragam geraknya. Sehingga Fungsi tari Radap Rahayu memiliki ciri khas yang selalu beradaptasi terhadap lingkungannya. 
“ Rasa “  Tarian
Berdasarkan konsep tari India, tari dapat dikatakan indah apabila memenuhi tiga sifat yakni : rasa, bhawa, dan vyanjana. Rasa adalah sumber keindahan. Rasa merupakan stimulus untuk menimbulkan perasaan yang mendalam sehingga dapat memunculkan bhawa (greget). Sedangkan vyanjana merupakan perasaan hati, daya sugesti, atau tekat yang tinggi untuk tumbuh menjadi hava atau rasa cinta yang kuat (Widyastutieningrum, 1994 : 124).
Pada tari Jawa, diketahui terdapat konsep rasa (perasaan jiwa) yaitu Joget Mataram (Yogyakarta), Hasta Sawandha (Surakarta), tiga ron (Bali), dan Sebagainya. Rasa ini merupakan kedalaman tari dari seorang penari, atau disebut dengan konsepsi kedalaman tari.
Pada tarian Pesisiran Banjarmasin umumnya proses penciptaan tari di Banjarmasin dilandasi pada peniruan-peniruan alam, atau pada fenomena kehidupan kehidupan kerajaan Banjar. Tari Radap Rahayu diangkat dari cerita legenda. Konon ketika Kapal Prabu Yaksa yang ditumpangi Patih Lambung Mangkurat pulang lawatan dari Kerajaan Majapahit, ketika sampai di Muara Mantuil dan akan memasuki Sungai Barito, kapal Prabu Yaksa kandas. Melihat ini, Patih Lambung Mangkurat lalu memuja “ Bantan” yakni meminta pertolongan pada Yang Maha kuasa agar kapal dapat diselamatkan. Lalu dari angkasa turunlah tujuh bidadari ke atas kapal dan mengadakan upacara beradap-radap. Akhirnya kapal tersebut kembali normal dan tujuh bidadari tersebut kembali ke Kayangan. Kapal melanjutkan pulang ke Kerajaan Dwipa. (wawancara, Rustam A.A, 12 Januari 2008).
Dari cerita ini lahirlah Tari “ Radap Rahayu “ (anonim). Tarian ini sangat terkenal di Kerajaan Banjar berfungsi setiap acara penobatan raja dipertunjukan serta sebagai tarian penyambut tamu kerajaan, sebagai kehormatan di Banjar, upacara perkawinan, dan upacara memalas Banua sebagai Tapung Tawar untuk keselamatan. Tarian termasuk jenis tari klasik yang bersifat sakral. Gambaran gerak secara umum personifikasi dari para bidadari dari kayangan turun ke bumi untuk memberikan doa restu serta keselamatan. Syair tari Radap Rahayu diselingi dengan sebuah nyanyian yang isi syairnya mengajak untuk berdoa bersama, ketika ragam gerak “Tapung Tawar”.  Sehingga tari yang tercipta termasuk kategori tarian tradisional Klasik.
Menurut Rustam A.A, penjiwaan tari yaitu dalam mimik, antara lain seperti ; senyum, pasrah dan tenang. Lebih lanjut dikatakan bahwa penjiwaan tari Radap Rahayu dilakukan dengan wajah senyum dan tenang. Dengan demikian kedalaman tarian Radap Rahayu terletak pada rasa penari itu sendiri. Penari harus sekaligus menjadi aktor, seorang ahli yang sadar akan perannya. Ia harus menciptakan bayangan-bayangan tariannya sendiri. Rasa yang diwujudkan secara universal agar penonton memiliki rasa batin yang sama. Dengan begitu barulah tariannya dapat menjadi penghubung batin antara manusia dengan manusia. Kenyataanya, secara sugestif dengan melalui permainan mimik, penari Radap Rahayu dapat menciptakan apa yang disebut dengan “rasa tari”.
Dari hasil penelitian
Dahulu tapung tawar tari Radap Rahayu di Banjarmasin merupakan tari sakral berupa tarian sebagai media doa keselamatan untuk dikabulkan bagi komunitas masyarakat. Tarian ini disertai dengan pujian-pujian yang ditujukan pada Raja Bantan yang dianggap sebagai Yang Maha Kuasa. Minyak likat baboreh pun disediakan untuk tari sakral ini, sehingga membuat makna ritualnya menjadi amat sangat kuat. Tetapi sekarang makna tari Radap Rahayu oleh sebagian masyarakat Banjarmasin yang terdiri dari penduduk baru bukan asli Banjarmasin, hanyalah sebagai simbol saja dari pementasan tari Radap Rahayu, sebagai upaya pelestarian tradisi warisan kerajaan Banjar.
            Penduduk Banjarmasin yang sekarang ini sudah banyak yang pendatang dari luar kota. Penduduk pendatang ini tidak semua tahu tentang tari Radap Rahayu, namun tentang upacara tapung tawar hampir semua tahu di Banjarmasin dari cerita mulut ke mulut penduduk asli Kota Banjarmasin atau yang tinggal lebih dulu di Kota Banjarmasin. Oleh karena para pendatang tersebut sudah tinggal dan menjadi penduduk tetap Kota Banjarmasin, maka mau tidak mau loyalitas mereka terhadap lingkungan tempat tinggalnya muncul, sehingga mereka juga merasa memiliki tari Radap Rahayu tersebut dan juga harus tetap melestarikan tari tapung tawar yang sudah ada yaitu tari Radap Rahayu.
            Cara mereka (Peduduk pendatang di Kota Banjarmasin) dalam mengekspresikan loyalitas mereka adalah dengan berpartisipasi (ikut mempelajari) dan menyelenggarakan acara atau kegiatan dengan menyertakan tari Radap Rahayu dalam batapung tawar. Dengan dipentaskan tari Radap Rahayu disetiap acara dan segala kegiatan setiap saat , akhirnya mereka lama kelamaan tahu dan mengerti bagaimana pementasan tari Radap Rahayu di Kota Banjarmasin. Sehingga pewarisan seni tari Radap Rahayu tidak hanya oleh penduduk asli Banjar tetapi juga oleh penduduk pendatang yang sudah tinggal lama di Kota Banjarmasin. Hal ini pula yang menyebabkan berubahnya makna tari Radap Rahayu  dulu dan sekarang. Oleh penduduk pendatang pada umumnya dan masyarakat Banjar sekarang ini dipentaskannya tari Radap Rahayu merupakan suatu simbol dalam upaya pelestarian tari klasik sebagai warisan budaya dari bangsawan Banjar yang harus dilestarikan.
            Pemaknaan tari Radap Rahayu yang diberikan oleh masyarakat sekarang ini berdasarkan pada kenyataan yang ada bahwa konteks lingkungan dan budaya Banjar dulu dan sekarang berbeda. Dahulu Banjarmasin merupakan wilayah perairan yang penduduknya bermata pencaharian sebagai pencari ikan dan berdagang. Sekarang wilayah Banjarmasin adalah wilayah perkotaan dimana tidak tersisa sedikit pun tanah rawa yang untuk mencari ikan dan tergantikan dengan perumahan-perumahan elite disekitar Kota Banjarmasin, maka berubah pula mata pencaharian penduduk menjadi karyawan, buruh pabrik, pedagang, sopir, dan lain sebagainya. Dan keistimewaan yang ada adalah bahwa tradisi tapung tawar dalam tari Radap Rahayu sebagai fenomena budaya dulu, masih dilaksanakan dan dilestarikan oleh masyarakat Banjar yang dalam segala bidang baik lingkungan, struktur masyarakatnya, bahkan pola perilaku sudah berubah. Ini menunjukkan bahwa kesadaran mereka akan pelestarian terhadap budaya lama masih kuat. Sehingga dalam hal ini masyarakat Banjar sekarang ini sudah memberi makna yang lain (tidak sama dengan makna tapung tawar dalam tari Radap Rahayu dulu) terhadap fenomena tradisi tapung tawar di Kota Banjarmasin.
            Dahulu pementasan tari Radap Rahayu ini hanya melibatkan warga setempat tetapi sekarang sudah melibatkan banyak sanggar, akademisi, instansi baik pemerintah maupun swasta yang peduli akan pelestarian tari Klasik di masyarakat.
Bentuk tari Radap Rahayu sebelum diperpendek durasi waktunya
Bentuk tari Radap Rahayu setelah diperpendek durasi waktunya
Lari masuk arena, duduk taruh cupu, limbai kisar, mangapak, alang manari, lontang, gegoreh sembadra, gegoreh srikandi, mantang, persembahan, tabur bunga, puja bantan, angin tutus, lari keluar arena.
Lari masuk arena, duduk taruh cupu, limbai kisar, mangapak, alang manari, persembahan, tabur bunga lari keluar arena.


Simpulan dan Saran
Eksistensi Tari Radap Rahayu merupakan integral dari dinamisasi kehidupan masyarakat Banjar terus mengalami perubahan fungsi yaitu; ritual, sosial, adat sampai sekuler dan hiburan. Oleh karena eksistensinya dan keberlanjutan tari Radap rahayu sampai hari ini sangat didukung oleh masyarakat Banjar itu sendiri. Dengan demikian proses keberlanjutan dan perubahan pada tari Radap Rahayu ditentukan oleh masyarakat pendukungnya. Artinya tari Radap Rahayu tidak terlepas dari masyarakat dengan segala aktivitas budayanya seperti; mencipta, menularkan, dan mengembangkan tari Radap Rahayu.
Apapun alasannya, lembaga pendidikan tidak hanya bertanggungjawab untuk menciptakan manusia menjadi pintar alias punya keahlian dan ketrampilan, akan tetapi memproses manusia menjadi manusia berpendidikan yang bertujuan untuk memanusiakan manusia, mensosialisasikan manusia dan membudayakan manusia. Pada akhirnya ketrampilan dan keahlian output mudah diterima, dicerna dan dipraktekkan oleh masyarakat luas dimana mereka mengabdi. Itulah yang disebut dengan “pembangunan, pemberdayaan dan pencerdasan melalui pendekatan berdasarkan budaya masyarakat setempat” khususnya di Banjarmasin.

1 komentar: